Semua Kian Dekat, Tak ada Jarak Kota dengan Desa

Menjadi warga pendatang yang bekerja di ibu kota tentu kita merasa dimanjakan dengan adanya fasilitas transportasi masal baik itu Busway ataupun Commuter Line. Bagaimana tidak

Joko Yugiyanto

Menjadi warga pendatang yang bekerja di ibu kota tentu kita merasa dimanjakan dengan adanya fasilitas transportasi masal baik itu Busway ataupun Commuter Line. Bagaimana tidak dengan moda ini kita bisa beraktifitas dengan mudah, cepat, aman dan murah di area Jabodetabek seolah tak ada jarak kota dengan desa.

Tak perlu berpanas-panas kita telah disuguhkan moda ber-AC atau minimal menggunakan kipas yang semilir. Maka siapapun kini wajar saja bila kemudian beralih menggunakan moda transportasi umum.

Selain lebih hemat tentunya akan mengurangi jumlah polusi yang timbul akibat pencemaran udara. Lain hal bila masing-masing individu egois menggunakan kendaraan pribadi. Yang ada kemudian kemacetan mengular hingga berkilometer.

Saat ini saya tinggal di perkampungan yang ada di Kabupaten Tangerang. Tapi dengan adanya transportasi masal commuter line dan busway aktifitas sehari-hari dimana harus bekerja di Jakarta bukan masalah.

Tinggal duduk manis dan sampai lokasi kerja. Tak ada cerita waktu habis di jalan dan membuang energi secara sia-sia dengan alasan kemacetan jalan.

Melimpahnya transportasi massal ini ternyata tak hanya di ibu kota semata. Di kampung halaman saya yang ada di Jogja pun demikian. Di sana kini telah ada Trans Jogja atau sejenis busway meski kalah ukuran dan panjang. Tapi tetap saja suasana nyaman disuguhkan moda ini.

Meski tak sekeren yang ada di ibu kota tapi hadirnya transportasi umum tersebut tentu menjadi jawaban. Bagaimana pemerataan di bidang transportasi itu nyata, bukan hanya milik warga ibu kota dan kota penyokong yang tergabung di Jabodetabek saja.

Ingat betul bila dulu setiap pulang kampung Jakarta Jogja menggunakan kereta api membutuhkan waktu lebih kurang 12 jam perjalanan. Namun, kini meski kita menggunakan kereta paling murah bisa di prediksi perjalanan dari ibu kota menuju Kota Pelajar cukup 8 jam perjalanan.

Selain moda yang ditambah jalur kereta kini pun di buat ganda. Tak perlu menunggu kereta yang akan lewat. Baik yang dari timur ke barat atau sebaliknya maka bisa dipastikan semua kereta bisa melaju sama cepat.

Dua hal itu hanyalah sedikit contoh dari komitmen pemerintah melalui Departemen Perhubungan terkait konektivitas untuk pemerataan pembangunan. Bila di telusuri lebih jauh maka akan ditemukan banyaknya pembangunan infrastruktur terkait transportasi mulai dari jalan tol, jalur kereta, stasiun, bandara, pelabuhan dan lain-lain yang tersebar di seluruh Indonesia.

Tak ada jarak kota dengan desa itu yang dirasakan kemudian. Tak ada lagi kesenjangan mana kota dan mana desa, semua sama dalam balutan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kemudahan dalam transportasi membuat bisnis semakin lancar. Dimana produk dari desa begitu mudah di distribusikan ke kota pun sebaliknya warga perkotaan begitu mudah berkunjung ke pedesaan.

Sinergi dan simbiosis mutualisme mungkin itu istilah yang tepat terhadap pemerataan pembangunan di bidang transportasi. Tanpa mengurangi entitas masing-masing wilayah tapi bisa saling melengkapi.

Tak hanya mengerek sisi ekonomi bisnis semata, tapi semua bidang akan ikut terkatrol dan pastinya juga akan secara langsung mendongkrak jumlah kunjungan wisata. Seperti yang kita ketahui bahwa banyaknya objek wisata di daerah atau desa seringkali tidak terekspos karena susahnya transportasi.

Lain hal bila kemudian ternyata akses untuk menjangkau cukup baik maka bisa dipastikan masyarakat perkotaan akan berbondong-bondong untuk mencicipi objek wisata tersebut. Terlebih bila masyarakat setempat memberikan fasilitas pendukung semisal tempat parkir yang memadai hingga ragam kuliner menarik.

Hingga akhir masa jabatan Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla melalui Kementerian Perhubungan telah menuntaskan berbagai target yang disusun selama lima tahun pemerintahan. Dan kini Joko Widodo bersama Maarif Amin akan meneruskan untuk memperbaiki konektifitas untuk pemerataan pembangunan.

Pembangunan infrastruktur untuk memudahkan transportasi ini tak hanya di kota saja tapi lebih diprioritaskan untuk wilayah terdepan, terisolasi, dan rawan bencana. Sesuai dengan Nawa Cita Departemen Perhubungan dimana mereka berkomitmen untuk memberikan langkah nyata untuk pemerataan dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Bidang transportasi menjadi salah satu point penting guna mewujudkan aksesibilitas dari semua daerah di seluruh Indonesia. Oleh karena itu kita harus mendukung langkah nyata untuk Indonesia lebih baik bagaimana menciptakan pemerataan dan menebar virus tak ada jarak kota dengan desa.

Mereka bisa berpindah lokasi dengan sangat cepat tanpa meninggalkan kampung halaman. Yang di kota biarlah di kota dan yang di desa tetap di desa tapi keadilan pembangunan itu nyata dirasakan.

Penasaran apa saja capaian Kementrian Transportasi cek aja di situs dan sosial media mereka baik itu Instagram atau Twitter. Kamu mungkin tak akan percaya capaian itu karena telah menyentuh hingga ujung negeri.

Joko Yugiyanto

Sehari-hari bekerja sebagai penulis lepas dan bila kamu ingin order sesuatu bisa kontak saya di 087838889019

Tags

Related Post

Tinggalkan komentar