Sumpah, dunia itu sempit banget ternyata, siapa sangka kampus kreatif DOES University itu ada di sebelah rumah. Hanya saja mungkin saya yang terlalu sombong untuk eksplore lebih jauh atau malah bisa dibilang dolan kebablasan.
Bagaimana tidak, DOES University itu ada di Desa Sidoarum sementara saya tinggal di Desa Sidomoyo Godean dimana satu desa dengan desa lain ini cuma terpisah Jalan Godean saja.
Wis fix lah ternyata mainku hingga Papua sana ternyata nggak mutu juga.
Masih banyak tempat yang ada di sekitar rumah yang bisa ditelisik lebih jauh. Dan pastinya dari tempat-tempat itu ada cerita inspiratif.
Tahu DOES University Justru dari Fun Talk
Jujur saya tahu DOES University kali pertama dari sebuah flyer Fun Talk yang diadakan Home Credit Indonesia. Di mana kala itu mereka hadirkan Erix Soekamti sebagai bintang tamunya.
Merasa tertarik dengan ini orang karena satu daerah, sama-sama dari Jogja. Hanya saja saya benar-benar di dekat rumah itu ada DOES University.
Selama satu jam saya ikuti kegiatan via Instagram Live itu dan banyak hal bisa saya tarik kesimpulan. Biar dikira nggak sombong berikut saya paparkan versi saya:
1. DOES University
DOES University bisa dikatakan sebagai bentuk protes nyata dari Erix kepada dunia pendidikan. Di mana ia ingin membangun sebuah ekosistem pendidikan yang lebih baik.
Wajar kemudian ketika menerima calon peserta didik lebih mengutamakan passion dan bakat calon peserta didik. Bukan hanya kamu ada kecerdasan seperti apa.
Bapak 3 anak ini percaya dengan bakat dan passion yang kuat maka seseorang akan bisa tumbuh sesuai dengan jati dirinya. Sama halnya dalam hidup, ia hanya akan mengerjakan apa yang menurutnya disenangi.
Pun demikian dalam dunia pendidikan. Harusnya seorang peserta didik cukup fokus mempelajari apa yang menurutnya ‘itu adalah dia’. Tidak perlu semua harus dikuasai.
Jangan kaget kemudian bila jurusan dibuka dari kampus ‘minim legalitas’ ini antara lain Animasi 3D, 3D Modelling, Video Compositing, dan Programming. Kamu tertarik masuk sekolah gratis ini, coba aja kepoin situs mereka.
Baca juga: Kiat Bertahan di Masa Krisis
2. Social Entrepreneurial
Erix ternyata bukan hanya sebagai seorang musisi handal tapi ia juga adalah seorang Social Entrepreneurial. Istilah keren bukan, ternyata profesi ini adalah penggabungan 2 minat mulai dari sosial dan entreprenuer atau kewirausahaan.
Secara sederhana dapat dikatakan sebagai pelaku wirausaha dengan melibatkan aspek sosial. Jadi tidak melulu apa yang namanya usaha itu adalah kapitalis atau profit oriented untuk pribadi tapi juga didistribusikan ke lingkungan sosial.
Hal ini terlihat nyata karena dari kiprah Erix memang senantiasa melibatkan warga setempat. Ada yang menarik dari salah satu pemaparan tentang visi misi.
Kalau salah mohon koreksi ya, apa yang dikerjakan saat ini adalah sinergi antara totalitasnya dalam bermusik dan bermasyarakat. Keduanya harus kolaborasi untuk sama-sama memberikan manfaat bukan hanya sebatas keuntungan semata.
Coba kalau semua orang bisa seperti ini, tak akan ada lagi itu yang namanya koruptor atau maling duit orang karena berpikir untuk mensejahterakan orang lain.
3. Menggandeng masyarakat
Selain memiliki kampus yang ada di dekat rumah saya ini ternyata pria 40 tahun ini juga tengah membangun DOES University di Desa Wisata Nglinggo. Tempat yang sangat indah tentunya hingga tak jarang mereka mengatakan bila ini tempat adalah ‘negeri diatas awan’.
Tak salah sih, ketika saya hendak berkunjung ke kawasan perkebunan teh ini dari kejauhan nampak seperti diatas langit. Begitu indah dan bikin penasaran untuk sampai di lokasi.
Satu perpaduan yang apik tentunya dimana dunia pendidikan akan bersinergi dengan dunia pariwisata. Dan pastinya melibatkan masyarakat sekitar.
Kalau tidak salah para peserta didik akan dikarantina selama 18 bulan untuk mendapat pendidikan. Selama itu mereka akan survive dengan masyarakat setempat.
Jadi bukan hanya menempa ilmu sesuai dengan minat bakat tapi juga benar-benar akan langsung terjun dalam dunia nyata. Turut berkontribusi dengan lingkungan sekitar secara langsung.
Keren bukan, dan kalau saja saya masih muda pastinya ingin jadi muridnya mas Erix. “Tolong angkat saya jadi muridmu mas!”
4. Nglarisi Konco Dewe
Kalau yang ini sejatinya tak ada yang luar biasa. Apalagi bagi warga Jogja dan sekitarnya dimana Sultan dan khususnya Bupati Kulonprogo memerintahkan agar warga lebih prioritas belanja di tempat tempat sendiri.
Oh iya bagi kamu yang belum paham istilah diatas, itu Nglarisi Konco Dewe itu artinya adalah membeli produk teman sendiri. Ingat lho ya membeli dan jangan minta gratisan.
Cara ini juga dipercaya sebagai salah satu alternatif untuk menyelamatkan bangsa dari resesi. Di saat daya beli rendah atau turun tapi ada mereka yang peduli.
Bagi saya pribadi, harga lebih mahal sedikit tak ada masalah karena usaha mikro pastinya dana juga terbatas. Selain itu mereka juga tidak bisa produksi dalam jumlah besar.
Kalau bukan kita yang membantu tetangga, rekan atau kawan terus siapa lagi coba.
Itu saja sedikit yang saya simpulkan dari apa mas Erix berikan. Kalau mau dikupas pastinya akan lebih panjang lagi. Bagi yang penasaran bisa tunggu tulisan saya berikutnya.