Drama Es Krim – Sore itu tiba-tiba saya terjaga dari tidur gara-gara mendengar tangis seseorang. Suara yang begitu khas, lambat laun begitu jelas suara bila itu adalah tangisan Perel.

Ku buka mata dan melihat jam di dinding, waktu menunjukkan pukul 15.21 WIB. Sayup-sayup juga terdengar suara azan yang seolah beradu masuk telinga dengan tangisan anakku.
Begitu sampai rumah ia memelukku sembari terisak, “ayah, es krim aku mau es krim alpa” itu kalimat yang diutarakan bocah 4 tahun dalam pangkuanku. Sayapun hanya tersenyum sembari menghibur untuk tak perlu menangis hanya untuk es krim.
Tak berapa lama emaknya datang dan ku tanya, “ini anak kenapa, tiba-tiba datang dan menangis”. “Dia lihat temannya makan es krim dan pengenlah dia” seloroh istriku sambil bersandar di sofa.
Mungkin kecapekan dia seharian mengikuti bocah berpetualang di sepanjang jalan dengan teman-teman sepermainan. Maklum saja di usia keemasannya ini anak paling suka bereksplorasi dan bersosialisasi.
Main layang-layang dan sepeda adalah favoritnya. Di tengah lapang yang begitu terik ia bersemangat bermain dengan yang lain meski keringat bercucuran di mana-mana.
“Warung mpok Ucu tidak ada” tanyaku sambil mengelap air mata di pipi anak semata wayangku. “Sudah ke sana dan tutup” timpal istriku cepat.
Sejenak saya terdiam dan tangis anakku semakin menjadi. Pertanda bahwa bisa jadi ia merasa kali ini bakalan tidak mendapat apa yang diinginkan.
Sekitar 3 menit saya masih diam dan tiba-tiba anakku datang lagi. “Ayah, aku mau es krim” ucapnya lirih di telinga kiriku.
Anak ini juga tahu betul cara lobi-lobi kepada ayahnya, selain berbisik di depan telinga yang akan dilakukan kemudian adalah mencium sekujur wajah hingga saya menyerah.
Tapi kali ini tidak, saya tidak akan memberikan apa yang ia inginkan. Hati kecil ini tak ingin memiliki anak yang apapun keinginannya seketika itu dituruti.
Ada semacam ketakutan bila saja yang diinginkan langsung dihadirkan. Tak ubahnya anak sultan bila saja ini terjadi, cukup meminta dan ada di depan mata.
Ingat betul siang tadi ia telah jajan es krim dari abang-abang yang lewat kontrakkan. Tapi kenapa minta lagi.
Ku tanyakan dengan pelan kepada Perel, “Nak, tadi siang kan sudah makan es krim masak sekarang makan es krim lagi?”
Baca juga: Cerita Sepasang Sandal
Bukannya sebuah jawaban tapi tangisnya semakin menggelegar. Tak hanya itu ia pun berguling-guling di lantai seolah minta diperhatikan dan apa yang diinginkan harus dituruti saat itu juga.
Pelan ku sampaikan kepada istriku, “sudahlah dik, kalau memang ia harus menangis biarlah menangis, jangan sampai apa yang ia inginkan kita turuti semua, yang ada kemudian ia akan mengeluarkan jurus andalan dengan menangis”.
Istriku pun bersepakat, ingat betul ia tadi pagi bikin agar-agar. Sesaat ia beranjak ke dapur, tepatnya ke kulkas mengambil agar-agar yang sudah siap santap.
Tak lupa ia membawa stik dari es krim yang dikumpulkan. Dipotong itu agar-agar menyerupai es krim kesukaan. Kebetulan hari ini agar-agar warna merah, persis seperti es krim rasa semangka kesukaan bocah.
Pelan-pelan stik ditusuk satu-satu dan secara tampilan tak jauh beda dengan es krim pada umumnya. Tak perlu waktu lama ia pun bilang, “lihat nak, es krim kita sudah jadi dan siap di makan nih, biar tambah enak kita masukan freezer dulu ya”.
Dengan penuh semangat ia pun membawa satu piring ‘es krim abal-abal’ buatan emaknya ke dapur. Sambil jalan ia bilang, “ini semua es krim punyaku, ayah dan mama tidak boleh makan ya”.
Saya pun hanya bisa tersenyum melihat itu semua. Begitu polosnya anak ini yang mudah tergoda dengan apa yang ia lihat.
Sebagai orang tua jujur saya takut bila selalu mengamini keinginan anak karena ini akan membuatnya manja dan tidak mandiri. Seolah tangis dan rengekkan adalah solusi bila semua yang diinginkan seketika dikabulkan.
Bukan tidak ingin membelikan es krim tapi semua itu ada porsinya. Beruntung saya memiliki seorang istri yang tidak saja cantik.
Tapi ia pandai memasak dan berkreativitas. Meyulap apa yang ada di depan mata sesuai imaginasi anak. Oh iya, cerita dalam drama es krim sore hari ini diambil dari cerita nyata ya jadi bukan fiksi.
Kalau tidak salah drama es krim ini pada Minggu, 19 Juli 2020.