Dunia Tak Selebar Daun Kelor Itu Pasti

Peribahasa ‘dunia tak selebar daun kelor’ seolah memiliki nilai magis yang sangat kuat. Memberi energi untuk terus mengarungi dunia tanpa henti. Semakin mencoba mengenal sisi

Joko Yugiyanto

Peribahasa ‘dunia tak selebar daun kelor’ seolah memiliki nilai magis yang sangat kuat. Memberi energi untuk terus mengarungi dunia tanpa henti. Semakin mencoba mengenal sisi lain dunia maka ruang itu semakin terlihat lebih luas.

daun kelor
pixabay.com

Wajar saja bila pada zaman dahulu telah ada peribahasa, ‘tuntutlah ilmu hingga negeri Cina’. Satu negara yang ternyata sangat jauh dari tanah kelahiran nabi.

Pun demikian dengan saya. Mencoba berkenalan dengan mereka dari berbagai lintas disiplin ilmu. Seringkali merasa tak paham apa yang mereka kerjakan tapi rasa penasaran mendorong untuk terus bertahan.

Dulu ketika berpikir tentang menulis atau kegiatan jurnalistik itu adalah menuangkan ide atau gagasan dalam sebuah wadah. Tapi kini itu semua tak berlaku dan harus belajar tentang search engine optimization (SEO) hingga digital marketing.

SEO harus diperhatikan agar blog yang ada lebih ramah dengan mesin pencari. Hasil karya kita yang nempel di mesin pencari bila tidak sesuai kaidah pasti akan tergusur. Sementara itu digital marketing lebih untuk bagaimana menyentuh pembaca lebih luas.

Tanpa ketercukupan ilmu dan wawasan maka mungkin saja kegiatan menulis hanya sekadar proses menuangkan ide semata. Tapi bila memang ide atau gagasan itu diharapkan sampai di tangan pembaca maka tak ada alasan untuk tidak belajar hal lain.

Kemajuan teknologi membuat segala sesuatu makin kompleks dan hal itu menuntut orang-orang yang ada di dalamnya untuk makin kompleks. Belajar dari kegagalan industri besar, mereka yang terlalu percaya diri dan tak mau berubah akhirnya di gulung zaman.

Yang pasti dari sebuah kepastian adalah ketidakpastian itu sendiri. Bila hal ini dipahami oleh semua orang maka tak ada alasan untuk seseorang tidak terus belajar dan belajar.

Tak kenal usia, ruang dan waktu. Belajar bisa dimana saja, dengan siapa saja. Bisa jadi mereka yang mengajar adalah rekan kita atau junior kita. Tak perlu malu karena wawasan dan pengetahuan tidak datang sendiri.

Pertanyaan terakhir, masihkah kita akan berdiam diri dan menganggap ilmu pengetahuan yang kita miliki itu cukup. Bila mengatakan iya maka siap-siap negara api akan segera menyerang.

Joko Yugiyanto

Sehari-hari bekerja sebagai penulis lepas dan bila kamu ingin order sesuatu bisa kontak saya di 087838889019

Tags

Related Post

Tinggalkan komentar