Dunia yang Setara – Down Syndrome menjadi satu kondisi yang tak asing bagi kami yang pernah duduk dibangku kuliah jurusan Psikologi. Satu kondisi yang disebabkan kelainan genetik ini bila tidak mendapat perlakukan tepat maka akan semakin tersisihkan.
Dan ternyata apa yang saya pelajari belasan tahun lalu itu masih menjadi isu yang sama hingga saat ini. Di mana mereka para penderita mendapat diskriminasi dari lingkungan setempat.
Fakta tak menyenangkan ini saya dapat ketika mengikuti Ruang Publik KBR yang dipersembahkan oleh NLR Indonesia. Kegiatan tersebut diselenggarakan beberapa waktu lalu via zoom dan ditayangkan Youtube KBR.
Tema yang diangkat kemarin itu “Lawan Stigma untuk Dunia yang Setara.” Hadir sebagai narasumber ada dr. Oom Komariah, M.Kes selaku Ketua Pelaksana Hari Down Syndrome Dunia (HDSD) dan Uswatun Khasanah selaku Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK).
Tak hanya disiarkan KBR.id saja tapi acara tersebut juga direlay oleh 100 radio jaringan KBR dan 104.2 MSTri FM Jakarta.
Fakta Tak Terbantahkan
Miris sejatinya, mengingat pemahaman masyarakat akan down syndrome begitu minim. Yang ada kemudian informasi yang tidak akurat tersebut mengakar pada sebagian orang.
Hanya sedikit yang paham betul apa itu down syndrome. Lemahnya informasi kepada masyarakat luas ini lah yang kemudian menjadi penyebab diskriminasi dan stigma negatif tetap bermunculan.
Secara tidak langsung diskriminasi dan stigma ini mengurangi ruang gerak atau kesempatan bagi mereka yang menderita down syndrome. Padahal sejatinya mereka ini haruslah mendapat kesempatan yang sama, setara dengan orang normal pada umumnya.
Hal ini diungkapkan dr. Oom Komariah, M.Kes dimana ia menegaskan, “Anak down syndrome ini bisa melakukan sama seperti yang orang lain lakukan.”
Hanya saja mereka ini cukup spesial dan membutuhkan treatment khusus. Mereka harus mendapat stimulasi yang cukup. Mereka ini juga bisa bermain musik, menari atau berolahraga sama baiknya.
Mari Wujudkan Dunia yang Setara
Apapun alasannya diskriminasi harus dihapuskan. Dunia yang setara harus hadir secara nyata.
Pun demikian bagi mereka yang menderita down syndrome dan kusta. Penderita penyakit minoritas ini sering dianggap sebelah mata.
Penting bagi kita untuk memahami dan mengerti bahwa down syndrome bukan penyakit menular. Mereka ini justru harus dirangkul dan bantu untuk bisa tumbuh dengan optimal.
Pun demikian bagi mereka para penderita kusta. Kusta bisa disembuhkan dan Puskesmas memberikan pengobatan secara cuma-cuma.
Uswatun Khasanah selaku perwakilan NLR Indonesia menegaskan bahwa kusta kering bisa disembuhkan dalam rentang 6 bulan. Sementara itu untuk kusta kering setidaknya butuh 12 bulan.
Uswatun Khasanah sebagai Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) tahu betul rasanya mendapat perlakukan yang tak sama. Dimana di usia 12 tahun harus merasakan perlakuan diskriminatif dari orang sekitar.
Penderita kusta harus berjuang melawan kusta sekaligus diskriminasi dan stigma negatif dari orang-orang terdekat. Menjadi penting untuk kemudian memberikan edukasi kepada semua orang.
Kusta tidak semenakutkan orang duga. Apalagi kini telah ada obat yang ampuh sembuhkan kusta.
Jangan sampai kita yang normal justru menghancurkan mimpi mereka. Empati harus ditunjukkan secara nyata demi mewujudkan dunia yang setara.
NLR Indonesia menjadi salah satu organisasi yang fokus terhadap isu kusta di tanah air. Di mana mereka terus, tanpa lelah memberikan edukasi dan pemahaman kepada masyarakat luas.
Mereka yang turut terlibat selain tenaga ahli di bidang kesehatan masih ada OPYMK. Bahu membahu untuk menciptakan zero kasus kusta di tanah air.
Berharap tidak ada lagi diantara kita yang menderita kusta. Kalaupun ada mereka mendapat perlakuan yang setara. Tidak ada lagi diskriminasi maupun stigma negatif yang dilekatkan pada penderita kusta maupun down syndrome.