Global Warming, Cerita Lama Diulang Kembali

Cuaca siang hari kian terik menjadi pertanda bahwa kerusakan bumi benar adanya. Bukan isapan jempol atau dongeng dimana suhu bisa mencapai kepala tiga. Dan ketika

Joko Yugiyanto

Cuaca siang hari kian terik menjadi pertanda bahwa kerusakan bumi benar adanya. Bukan isapan jempol atau dongeng dimana suhu bisa mencapai kepala tiga.

Dan ketika ditanya siapa yang harus bertanggung jawab tentu manusia adalah penyebabnya. Saya, kamu atau kita tiap hari tanpa sadar memberi andil atas rusaknya bumi.

Bagai kaset usang yang selalu diputar kembali. Isu global warming selalu bergulir pasang surut. Disatu pihak berlomba untuk mencegah disisi lain ada pihak yang terus merusak.

Contoh paling gampang ditemukan antara lain penggunaan kendaraan pribadi. Tak jarang satu orang bisa memiliki dua atau tiga.

Meski tak dipakai tetap mesin tersebut harus tetap dinyalakan. Selain untuk menjaga kinerja mesin yang berkelanjutan juga digunakan untuk memastikan kendaraan masih normal.

Peralatan rumah tangga pun demikian. Alat yang lebih banyak memberi kemudahan atau fasilitas ini juga menyumbang rusaknya lapisan ozon.

Selain dua hal diatas ternyata ada beberapa hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Tinggal kembali ke sisi manusianya, bersediakah untuk turut mengurangi sumbangan kerusakan bumi.

Satu hal yang paling bikin saya gemes adalah perlakukan terhadap sampah. Entah dibuang tidak pada tempatnya atau dibakar.

Tindakan kecil berakibat fatal seperti membakar sampah. Sampah terbakar sudah pasti menimbulkan pencemaran udara.

Dalam jumlah yang cukup besar akan merusak pernafasan orang-orang yang ada disekitar Lebih jauh tentu saja akan menjadi bilang keladi dari global warming.

Isu yang telah mencuat sejak beberapa tahun lalu ini kian rame gaungnya. Dimana masyarakat dunia bersepakat untuk menghentikan sebelum bumi rusak kian parah.

Bahkan seringkali untuk mencegah pemanasan global beberapa pihak melakukan aksi nyata. Aksi tersebut sifatnya ada yang lokal, nasional hingga internasional.

Sementara itu mereka yang memiliki sumbangan paling besar atas rusaknya bumi adalah industri. Penebangan hutan berlebih, asap pembuangan pabrik hingga efek rumah kaca menjadi jawara.

Harusnya mereka turut berpikir memberi sumbangsih bagaimana bisa mengurangi tingkat kerusakan bumi. Dari pemangku jabatan tertinggi hingga yang paling bawah harus bersama-sama memiliki gaya hidup untuk senantiasa menjaga kelestarian alam.

Nah, kalau kamu udah tau efek terburuknya masih mau jadi penyumbang rusaknya bumi.

Joko Yugiyanto

Sehari-hari bekerja sebagai penulis lepas dan bila kamu ingin order sesuatu bisa kontak saya di 087838889019

Related Post

Tinggalkan komentar