Mungkin apa yang terjadi dalam karir atau lebih tepatnya perjalanan pekerjaan saya tidak bisa ditebak dan pastinya, “Jangan Ditiru ya Dek.” Jauh sebelum memutuskan bekerja di jalur ‘digital’ saya pernah bekerja di pabrik gardan.
PT Inti Ganda Perdana atau yang sekarang lebih dikenal Astra Otoparts adalah perusahaan kali pertama bekerja. Sebagai operator welding di bagian housing gardan.
Tempat yang memberi kesempatan untuk merasakan uang lebih dari cukup. Bekerja antara pertengahan tahun 2002 hingga 2004 dengan hasil yang sangat memuaskan. Ingat betul saat itu saya beli motor supra fit secara cash hanya nabung beberapa bulan saja.
Rumah juga bisa diperbaiki dan sisanya untuk modal kuliah. Tidak tahu harus mengambil jurusan apa karena saat itu latar belakang dari STM jurusan Listrik Industri disarankan ke teknik.
Namun ketakutan bertemu dengan angka membuat saya urung dan memilih salah satu jurusan yang minim hitungan. Diantara sekian banyak jurusan di Universitas Mercu Buana Yogyakarta psikologi nampaknya yang paling menarik.
Tak perlu waktu lama saya pun memilih jurusan tersebut. Benar saja jurusan ini bisa jadi adalah yang “saya banget” dimana setiap mata kuliah seolah begitu mudah.
Hal itu dibuktikan dengan proses kuliah yang begitu lancar. Tidak ada kesulitan untuk menyelesaikan mata kuliah kecuali Bahasa Inggris dan Kode Etik Psikologi yang mengantongi nilai C.
Ada rencana untuk mengulang mata kuliah ini tapi ingat betul kata dosen pembimbing akademik untuk membiarkan saja sebagai andeng-andeng.
Selain kuliah saya pun aktif di berbagai kegiatan kampus khususnya untuk unit kegiatan mahasiswa. Dua UKM primadona tentu saja pers mahasiswa dan teater.
Dunia yang masih melekat hingga saat ini dimana saya bekerja dengan meneruskan semangat menulis. Sementara itu untuk teater cukuplah saya menjadi penikmat ketika adik-adik tingkat berproses.
Jangan Ditiru ya Dek
Sebelum lulus kuliah saya memiliki mimpi untuk keliling Indonesia. Selain itu tentu jiwa kepo yang masih terjaga mengantarkan saya pada profesi reporter.
Pekerjaan kedua yang mengantarkan saya untuk bisa kenal dengan banyak pihak. Dari orang biasa hingga pejabat tinggi. Namun sayang pekerjaan ini saat itu dirasa kurang menarik dan ingin kembali ke posisi awal.
Sebagai HRD dan keliling Indonesia. Benar saja tak perlu waktu lama posisi itu didapat dengan penempatan pertama Ambon dengan area cover Papua.
Beruntung sebelum penempatan harus menyelesaikan misi. Memberikan training mobile application untuk seluruh cabang di Indonesia.
Kala itu peserta management trainee ada 9 dan kami dibagi 3 kelompok. Saya dapat area sebagian Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi, Ambon dan Sorong.
Selama 45 hari keliling ke 1/3 cabang yang ada di Indonesia. Mayoritas 1 kota / cabang harus diselesaikan dalam 1 hari.
Usai perjalanan dinas saya ditempatkan di Ambon dan seyogyanya anak MT harus berpikir tentang karir. Akan tetapi sayangnya ternyata pikiran saya tidak sampai dan hanya mengarah pada pertanyaan setelah ini kemana lagi.
Hampir satu tahun di perusahaan ketiga saya pun memutuskan pulang kampung dan kembali ke Jogja. Selama di kota asal ini pun saya selalu bekerja sebagai HRD atau lebih tepatnya recruiter.
Hingga jodoh membawaku untuk datang kembali ke ibu kota. Satu wilayah yang aslinya paling ku hindari pada akhirnya harus ku sambangi lagi. Semua itu atas nama cinta karena calon istri bekerja di Jakarta.
Di Jakarta sempat pindah perusahaan tapi lagi-lagi tidak terobsesi dengan apa yang namanya karir. Paling penting angka cocok dan gas.
Nyesel Nggak Tuh
Usai memutuskan resign dan pulang kampung untuk kedua kali saya baru merasakan bahwa saya telah salah langkah. Di mana selama ini tidak pernah berpikir tentang karir.
Hal ini terlihat nyata saat mereka teman seangkatan dan adik tingkat memiliki karir yang cukup baik sementara itu saya biasa saja. Nasi telah menjadi bubur dan kini dengan menjadi pekerja mandiri membuat saya harus bisa menentukan posisi.
Mungkin saya telah salah, keliru dalam mengambil langkah tapi komitmen diambil cukup tepat. Menjadi orang yang bisa memberi manfaat bagi orang lain itu ternyata lebih dari cukup.
Bila saja dulu saya memiliki peta karir dan mimpi yang lebih jelas maka saat ini saya masih duduk di kursi empuk. Bekerja normal seperti yang lain dan tiap tanggal 25 gajian.
Soal rezeki Allah telah mengatur dan mencukupkan. Kini memang saya tidak memiliki karir seperti dulu tapi tetap saya memiliki mimpi.
Bekerja dengan cara yang menyenangkan dan hanya mengerjakan apa yang membuat bahagia. Itu saja.