Bukan tanpa alasan kalau saya menggunakan nama “kita” untuk judul Kita adalah Duta Damai Dunia Maya. Bagaimana seluruh pihak ikut berperan serta menjaga kedamaian khususnya di sosial media.
Begitu banyaknya ujaran kebencian, sentimen berbau politis atau suku agama ras dan golongan. Kalau bukan kita yang turut serta menangkal gejalak tersebut siapa lagi.
Begitu mudah ditemukan kalimat sarat resiko dalam arti akan mengundang reaksi pihak lain. Bagai memancing dalam air keruh, begitu mudah kini seseorang disulut atau diprovokasi.
Dan kemudian yang muncul adalah persekusi atau tindakan menyakiti pihak lain. satu hal yang harusnya dihindari bila semua pihak bersikap dewasa dalam bersosial media.
Kita adalah Duta Damai Dunia Maya
Kembali ke bahasan Kita adalah Duta Damai Dunia Maya, mengingat dunia maya tak ubahnya dunia nyata. Dimana semua hal akan tampak nyata dan begitu dekat. Jarak dan waktu bukan lagi hambatan untuk saling sapa.
Hampir Semua hal bisa dikerjakan saat ini kapanpun dimanapun. Dan kita sebagai anak muda harus turut serta menjaga kedamaian.
Terlebih di tahun ini dan yang akan datang adalah tahun politik. Mudah bagi pihak tertentu yang ingin mengeruk keuntungan.
Semua hal yang dulu tampak biasa akan menjadi luar biasa. Bahkan kawan bisa menjadi lawan. Itu semua tentu tak akan terjadi bila setiap hal disikapi dengan cara yang positif.
Menyampaikan sebuah ide atau gagasan dengan cara yang santun dan elegan. Disertai dengan data, analisis dan akan lebih baik bila sertakan dengan solusi yang membangun.
Jangan lagi ada perdebatan yang tak berujung. Yang kemudian pada akhirnya akan terjadi perpecahan.
Mungkin bagi sebagian pihak tahun-tahun ini adalah kesempatan emas. Dimana dia bisa bermain di satu kaki atau dua kaki untuk sejumlah imbalan.
Saatnya Jaga Integritas
Tapi bagi kita ada baiknya harus berpikir jauh ke depan. Jangan sampai masa depan bangsa rusak hanya karena ulah segelintir orang tak bertanggung jawab.
Masih ingat dalam ingatan kita hanya garena tagar dua kubu bisa berseteru. Tagar yang semula hanya berada di dunia maya hadir dalam dunia nyata.
Bisa jadi itu hanya satu dari sekian banyak masalah yang ada. Satu yang tertangakap media kemudian di ekspos. Bagai gunung es, yang terlihat hanya sebagian kecil dari seluruh masalah yang ada.
Bisa dipastikan, isu tersebut pada awalnya hanyalah sebuah titik. Dunia maya tentunya cukup berperan hingga kemudian bisa terjadi gesekan.
Mari kita jaga rasa damai di dunia maya untuk kedepan lebih baik. Berapa banyak seseorang akan kehilangan pertemenaan semenjak ia latah menebar rasa kebencian. Sementara itu bagi mereka yang bijak tentu akan memetik buah dari sosial media.
Seolah ingin mencari pengakuan dan dukungan di dunia maya. Selanjutnya merasa bangga padahal ia adalah korban provokasi pihak tak bertanggung jawab.
Bagi yang merasa ingin mendapat untung dari kerusuhan tak sadar bila saat ini masih menumpang di Indonesia. Harusnya bila masih menebar kebencian jangan tinggal di bangsa ini.
Dan saya secara pribadi dengan tegas mengatakan tidak, hentikan kekerasan di dunia maya untuk masa depan yang lebih baik. Ingat betul apa pesan Gus Dur selaku sosok inspiratif untuk memperjuangkan pluralisme dan keberagaman.