Maka Nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Kamu Dustakan

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Satu kalimat yang begitu istimewa hingga membuat siapa saja yang membaca dan memahaminya akan senantiasa bersyukur. Bagi

Joko Yugiyanto

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Satu kalimat yang begitu istimewa hingga membuat siapa saja yang membaca dan memahaminya akan senantiasa bersyukur.

nikmat tuhan manalagi yang kamu dustakan
https://kanaljogja.id

Bagi saya pribadi, benar memang saya bukan orang religius. Bukan pula orang yang taat akan ajaran agama. Tapi bukan berarti tidak bisa bersyukur layaknya mereka yang beriman.

Apa yang terjadi kemarin dan hari ini adalah sebuah keniscayaan dan keindahan karena telah digariskan yang kuasa. Apa yang terjadi selalu bisa dilihat menggunakan kacamata positif sehingga energi negatif benar-benar ditiadakan.

Tak ada keraguan bahwa apa yang diberikan Tuhan kepada hambanya adalah yang terbaik. Bahkan ketika sedang kemalangan pun selama dilihat dari hati yang paling dalam rasa sesal itu tak ada.

Kutipan potongan surah Ar-Rahman tersebut mungkin sudah begitu familier ditelinga masyarakat. Namun mungkin tidak semua orang tahu kalau kalimat tersebut diulang sebanyak 31 kali.

Sayapun demikian, merasa penasaran dengan apa yang terkandung hingga mengantarkan satu niat untuk mencari tahu ada apa dibaliknya. Kini dengan kemajuan teknologi jawaban itu kian mudah.

Tinggal ketik dimesin pencari “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan” dan dalam sekejab akan muncul berbagai informasi terkait.

Bukan tanpa alasan, ternyata pengulangan puluhan kali tersebut bermaksud untuk mengajarkan umat agar senantiasa bersyukur dan mengucapkan terima kasih kepada Tuhan.

Tak ada kesombongan bahwa kesukesan itu murni hasil kerja keras seseorang. Ada peran pihak lain tak terkecuali ketentuan dari Tuhan itu sendiri.

Kufur nikmat dan sombong bila hal tersebut tidak tertata dengan baik. Adanya rasa percaya diri bahwa semua bisa diraih tanpa menggantungkan pihak lain.

Seringkali rasa bersyukur itu bisa berubah kearah sombong tanpa disadari. Hal ini karena apa yang terjadi sudah diyakini sedari awal bahwa semua itu adalah yang terbaik.

Bukan bermaksud menghakimi orang lain atau diri sendiri. Rasa bersyukur berlebih yang termanifestasikan dalam tindakan bisa jadi akan menjadi kesombongan yang sifatnya laten.

Oleh karena itu ada baiknya untuk bersikap sewajarnya. Tidak perlu bertindak berlebihan hingga kemudian merasa menjadi orang yang paling bersyukur karena itu sejatinya adalah sifat kurang baik.

Joko Yugiyanto

Sehari-hari bekerja sebagai penulis lepas dan bila kamu ingin order sesuatu bisa kontak saya di 087838889019

Related Post

Tinggalkan komentar