Masa Kecil Kurang Bahagia Itu (bukan atau mungkin) Saya

Guyonan atau ledekan masa kecil kurang bahagia pasti pernah kita dengar. Entah itu ditujukan untuk kita atau mungkin orang di sekitar kita. Tapi buktinya bila

Joko Yugiyanto

Guyonan atau ledekan masa kecil kurang bahagia pasti pernah kita dengar. Entah itu ditujukan untuk kita atau mungkin orang di sekitar kita. Tapi buktinya bila kita mau merenung sesaat dan berani bertanya apakah kita cukup bahagia atau tidak di masa kecil.

masa kecil kurang bahagia
jokoyugiyanto.com

 

Konon, mereka yang masa kecil kurang bahagia ditandai dengan hobi mengkoleksi mainan layaknya anak kecil. Atau bisa juga berperilaku kekanak-kanakan. Hal itu tentu tak sepenuhnya benar atau salah.

Lebih penting tentunya adalah bagaimana bisa menjaga agar anak-anak kita kelak tidak mendapat guyonan masa kecil kurang bahagia karena memang faktanya kurang bahagia. Kita yang mungkin terlahir di tahun 80an tentu menjadi generasi paling beruntung di muka bumi ini.

Bagaimana tidak, kita masih bisa merasakan gelap-gelapan tidak ada listrik. Masih mudah mandi di sungai dan pastinya memetik hasil buah langsung dari pohonnya saat ada di sawah.

Masa Kecil Kurang Bahagia, krik krik krik

Kita juga menjadi generasi yang tahu betul teknologi berkembang sangat pesat yang ditandai dengan adanya internet. Meski sebagian menolak teknologi ini tapi saya yakin mayorotas menerima dan menggunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Ingat betul saat masih kanak-kanak mandi hujan-hujanan itu sesuatu yang sangat membahagiakan. Main petak umpet dan kejar-kejaran hingga merongrong energi hingga habis.

Baca juga: Cara Mendidik Anak

Pernah suatu ketika kami main petak umpet. Ada salah satu kawan yang dicari ibunya dan dia benar-benar ngumpet karena tidak mau pulang dan naik pohon yang tinggi.

Kita teman-temannya hanya cekikian lihat emaknya teriak-teriak cari anaknya suruh pulang untuk mandi karena sudah sore.

Sekarang, coba tengok anak sekitar kita. Saat mereka mencoba mandi air hujan emaknya bisa jadi langsung teriak-teriak. Atau mungkin ingin main kejar-kejaran dan petak umpet bisa jadi tidak akan ketemu lawan sebanding.

Perbedaan yang sangat mencolok itu saya temukan pada anak saya sendiri. Dulu saya punya teman masuk sekolah dasar kelas 4 sudah mandiri. Bagaimana ia mampu menjalankan peran sebagai peserta didik dengan baik.

Kini anak saya yang usia 3 tahun begitu sayang bila harus berjalan ke sekolah hingga ratusan meter. Yang ada sama emaknya di cukupkan. Katanya tak ingin bila anaknya ‘masa kecil kurang bahagia’.

Byuh apa ini ya, pergeseran pola pikir sungguh sangat terasa dan kita para orang tua harus bisa mematutkan diri. Bagaimana psikologi anak berkembang sesuai dengan tugas perkembangan yang harus mereka selesaikan.

Banyak ulasan tentang masa kecil kurang bahagia dan mungkin paling banyak bernuansa negatif seperti menjadi pasif atau rendah diri.

Bisa jadi hal ini adalah sebuah kebenaran karena biasanya mereka bisa jadi hanya sebatas penonton bukan sebagai pemain. Maka beruntunglah saat kamu kecil bisa masuk dalam kategori bandel karena bisa menjadi pelaku.

Baca juga: Jujur Saya Iri Padamu

Menjadi aktif berlebihan saat ini pun cukup berisiko karena bisa jadi akan menjelma menjadi tukang bully atau sok kuasa.

Mungkin dulu waktu kecil saya pun masuk dalam kategori pasif karena memang dari fisik dan tampilan jauh dari yang lain. Ingat betul dalam setiap momen apapun tak pernah terpilih mewakili sekolah karena memang ya begitulah masuk dalam kategori B atau biasa saja.

Tapi sekali lagi mungkin ini pembelaan saya secara pribadi dimana diri ini memiliki jiwa yang liar, kenakalan diatas rata-rata tapi bukan kriminal membuat banyak hal harus di coba. Salah satu bukti otentik saya pernah nakal itu memiliki tangan patah bukan karena jatuh atau berkelahi waktu SD.

Waktu SMP saya pernah duel harusnya 1 lawan 1 tapi faktanya mereka mengeroyok saya di aula dengan di tonton puluhan siswa lain. Waktu STM saya pernah akan berkelahi ketika ketemu lawan di toilet.

Dan setelah itu mungkin mengatakan insyaf. Tak ingin berkelahi lagi kecuali dalam suasana resmi dan sekedar berlatih tanding.

Waktu SMP pun saya pernah kabur berhari-hari dari rumah dan enggan pulang. Untung saja para tetangga bilang, “kamu mau jadi apa kalau tidak mau sekolah”.

Salah satu bentuk kenakalan yang terfasilitasi tentu saja dengan ikut kelompok bela diri. Ingat betul saat itu ikut Tae Kwon Do dan Tarung Drajat. Saat ada sesi sparing partner seolah candu menjadi sesuatu yang membahagiakan meski babak belur.

Baca juga: Zumba Olahraga Asik di Rumah

Seminggu yang idealnya hanya berlatih dua kali hingga berkali-kali dengan mengikuti jadwal di lain kecamatan. Semata-mata ingin menuntaskan darah muda yang bisa jadi mengalir sangat deras.

Bila banyak kenakalan dan hal gila pernah dilakukan masih pantas kan ketika ada yang mengatakan saya memiliki masa kecil kurang bahagia.

Judul diatas saya tulis masa kecil kurang bahagia (bukan atau mungkin) saya lebih sebagai pertanyaan bagi kawan atau rekan saya. Menurutnya saya bahagia tidak di masa kecil atau judul itu hanya proyeksi.

Joko Yugiyanto

Sehari-hari bekerja sebagai penulis lepas dan bila kamu ingin order sesuatu bisa kontak saya di 087838889019

Tags

Related Post

Tinggalkan komentar