Bisa membaca karakter orang lain tentu menjadi satu hal yang menyenangkan. Membuat kita lebih bisa bersimpati dan empati. Bukan asal ceplas ceplos dalam berbicara dan akhirnya menyakiti hati atau perasaan.
Satu kemampuan yang harusnya dimiliki oleh setiap orang. Profesi apapun itu hendaknya bisa membaca karakter orang meski dalam taraf paling sederhana.
Sesuatu yang bisa diasah menggunakan kepekaan dan terus berlatih. Tidak hanya menggunakan ego dan kacamata pribadi tapi juga menggunakan sudut pandang orang lain.
Sah Sebagai Mahasiswa Psikologi
Beruntung sejak tahun 2004 silam secara tidak sengaja saya nyemplung dunia psikologi. Ditandai dengan resminya saya menjadi mahasiswa Psikologi di Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
Selama 4 tahun saya kuliah benar-benar berfokus pada perilaku manusia dan bagaimana mengembangkan sumber daya manusia. Khususnya potensi apa yang ada dalam diri saya sehingga bisa lebih memberi manfaat.
Tidak saja hanya kuliah dan kantin. Tapi waktu lebih banyak saya habiskan di ruang organisasi. Entah berapa banyak saya ikuti untuk mendapatkan ilmu ‘lebih’ secara gratis.
Setidaknya organisasi berbasis pers, teater, pecinta alam, radio hingga keagamaan saya ikuti. Semua itu lebih untuk mengoptimalkan waktu yang ada.
Jangan sampai saya terjebak hanya sebatas ‘mahasiswa’ dan tidak mendapat pengetahuan yang lain. Dan benar saja, setelah lulus kuliah saya lebih lincah bekerja karena kaya akan pengalaman organisasi.
Sah sebagai HRD / Human Capital
Agak telat mungkin saya menjadi seorang HRD karena setahun sebelum itu saya lebih dulu menjadi reporter di Tribun. Penasaran dengan luasnya Indonesia membuat saya berpikir pekerjaan apa yang bisa mengantarkan saya jalan-jalan gratis.
Benar saya, selepas dari kuli tinta saya masuk sebagai tim Human Capital Area Indonesia Timur. Area kerja meliputi Ambon Papua. Tapi sebelum itu saya ditugaskan memberikan training ke puluhan cabang yang ada di Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Ambon, All Sulawesi dan Papua.
Tanda bahwa saya sah sebagai sebagai seorang HRD yang konon harus memiliki kemampuan lebih dalam membaca karakter seseorang. Khususnya para pencari kerja yang mana sebelum mereka masuk pastinya melalui saya.
Setidaknya saya sudah pernah menjadi HRD di BFI Finance Indonesia, Sinar Surya Group, Komitrando Emporio. Syncore Indonesia. Saat ini saya masih sebagai Human Capital Area Jabodetabek di SMF dan tugas utama saya adalah melakukan rekrutmen dan training.
Membaca Karakter Orang adalah Pekerjaan Saya
Untuk bisa itu semua pastinya butuh kemampuan untuk memahami orang lain. Khususnya mereka para jobseeeker yang akan bekerja bareng dengan saya nantinya.
Dengan 2 hal diatas tentu saya lebih percaya diri ketika berbicara tentang bagaimana membaca karakter seseorang. Satu hal yang sangat menyenangkan bila kita bisa menempatkan diri dan bisa diterima oleh seluruh kalangan tanpa kecuali.
Satu profesi yang selanjutnya pasti membutuhkan kemampuan itu untuk terus diasah. Belajar dan terus belajar dengan lebih banyak menjadi pendengar yang baik.
Mencoba untuk sesaat ambil alih peran atau memposisikan diri berada di tempat mereka bisa membuat kita lebih paham kenapa perilaku itu muncul.
Alasan lain kenapa saya harus lebih peka dan lebih bisa membaca karakter orang lain tentu karena profesi. Dimana seorang HRD atau human capital ada tuntutan untuk paham betul soal itu.
Jangan sampai seorang atasan atau direksi terjerumuskan atau salah ambil keputusan karena PIC tidak paham betul akan tugas pokok dan fungsi mereka.
Paling penting tentu saja dengan hal itu bisa hidup dan tumbuh dengan cara saya sendiri. Hidup bukan dibawah bayang-bayang orang lain. Setiap keputusan yang saya ambil tentu atas dasar pertimbangan yang matang dan siap dipertanggungjawabkan.
Semua itu membutuhkan proses yang matang dalam membaca karakter orang sebelum mengatakan yes or no.