Permainan tradisional bas-basan atau ada sebagian orang yang mengatakan dam-daman bisa dibilang salah satu permainan jaman dulu yang tak mudah terlupakan. Maklum saja permainan mirip catur ini tidak serumit penampakannya.
Bagi generasi milenial bisa jadi mereka masing beruntung karena telah mencoba permainan ini. Lain cerita generasi setelahnya, bisa jadi mereka tidak ada yang pernah mendengar atau memainkannya.
jujur saja, saat ini begitu susah kita menjumpai permainan adu strategi ini. Saya secara pribadi entah berapa puluh tahun lalu memainkannya.
Permainan Tradisional itu Bagai Mesin Waktu
Mengenang permainan tersebut seolah akan membawa ingatan pada masa kecil. Dimana pada jaman dulu cukup banyak permainan tradisional yang menarik dan menantang.
Kita hanya butuh strategi untuk mengalahkan lawan dengan memakan budak atau pion lawan. Berbeda dengan catur dimana ada beberapa posisi dan cara melangkah. Dipermainan tradisional ini semua sama saja.
Uniknya bagi mereka yang cerdik bisa membuat salah satu bidak atau pion menjadi sakti. Caranya dengan menempatkan di ujung lawan.
Tetap butuh strategi bila tidak ingin permainan segera berakhir. Kadang kita sengaja mengumpan untuk memberi jebakan. Bila sukses bisa jadi kita akan menghajar lawan dengan memakan 2 atau 3 bidak mereka.
Permainan bas-basan ini menjadi populer saat saya masih SD. Hal ini ditandai hampir semua teman seumuran saya kala itu ikut memainkan.
Permainan Sederhana Tetap Butuh Strategi
Bagaikan kompetisi catur, kadang ada lomba kecil-kecilan. Tak jarang kita juga memiliki pendukung yang akan duduk setia di sisi kanan kiri kita.
Tidak ada piala atau penghargaan bagi sang jawara. Namun julukan orang paling jago atau pinter dalam permainan ini dirasa cukup.
Tak jarang pula bila mereka para jawara ini akan saling dipertemukan dalam permainan sederhana ini.
Seringkali permainan ini dilakukan tiga ronde. Untuk memastikan seseorang benar paling jago tidak cukup sekali main. Oleh karena itu dilakukan 3 kali.
Kala itu, ingat betul untuk bermain cukup diranah kemudian digambar. Kalau beruntung ada kapur atau pecahan genteng yang kami sebut kereweng maka bidang bisa digambar pada ubin atau tegel.
Untuk bidak cukup menggunakan kerikil dan pecahan genting. Ingat lho karena permainan ini dilakukan dua orang dan tidak boleh tertukar bidaknya maka harus ada 2 jenis.
Selain bas-basan sebenarnya ada banyak permainan tradisional yang sering dimainkan. Tapi entah mengapa permainan tersebut yang terlintas. Mungkin karena saya ingin bermain catur tapi tidak kunjung mahir.
Permainan tradisional yang jarang dimainkan bukan saja hanya bas-basan. Cukup banyak permainan asli Indonesia yang mungkin tidak dikenal generasi sekarang.
Mereka terlalu asyik dengan gawai hingga melupakan ada sesuatu yang lebih menarik karena selain melatih kecerdasan juga melatih kekompakan, kerja sama tim dan sifat saling menghargai.
Kalau bukan kita yang memperkenalkan dan melestarikan siapa lagi.