Menua itu pasti dan dewasa itu pilihan, satu kalimat yang akan menyentil siapa saja bila tidak mau berubah. Pun demikian dengan saya setelah memiliki anak dan saat ini pada usia tumbuh kembang emas dimana saya pun harus menyiapkan tabungan pendidikan anak.
Belajar dari masa lalu saya secara pribadi khususnya. Dimana dulu orang tua tidak menyiapkan dana khusus untuk pendidikan. Namun demikian cukup bersyukur mereka mampu menyekolahkan pendidikan hingga jenjang STM.
Ingat betul kala itu setelah kelulusan SMP dimana banyak teman-teman melanjutkan ke SMU tapi ayah secara terang-terangan meminta saya masuk STM. Tujuannya tak lain adalah supaya saya bisa langsung bekerja tanpa harus masuk perguruan tinggi.
Benar saja, saat kelas 4 segera berakhir dan hampir semua teman satu angkatan telah mendapat pekerjaan saya pun demikian. Bisa langsung bekerja untuk salah satu perusahaan bergengsi di ibu kota.
Berbekal ijazah STM ternyata tak mudah untuk bertahan di Jakarta. Bekerja di bagian produksi dan tepatnya sebagai operator memaksa “mau tak mau harus memeras keringat.
Dua tahun sudah saya bertahan dengan pekerjaan yang mengandalkan kekuatan fisik dan banyak diantara mereka menyarankan saya untuk pulang dan sekolah lagi. Benar saja, setelah itu pun saya memilih pulang dan melanjutkan studi.
Bedanya bila di STM mengambil jurusan Listrik Industri tapi di bangku kuliah mengambil program studi Psikologi. Kata orang itu menyimpang jauh dan tidak ada sangkutannya.
Konon kalau saya berasal dari teknik elektro baiknya meneruskan jurusan serupa. Minimal sudah ada basic di bangku STM selama 4 tahun tidak akan membuat saya terlihat bodoh-bodah amat.
Pentingnya Sebuah Pendidikan
Mungkin banyak orang berpikir pendidikan yang baik itu penting untuk mendapatkan pekerjaan yang baik. Namun faktanya tidak demikian, pendidikan bukan hanya untuk menyiapkan kita, siapapun itu untuk masuk dunia kerja.
Pendidikan dalam arti secara umum setidaknya akan menyiapkan saja saja untuk masuk ke dalam alam yang sesungguhnya. Saat bertemu dengan orang lain dan membutuhkan satu ketrampilan yang cukup agar bisa sinergi.
Bagi saya pribadi pendidikan dan belajar adalah satu proses yang menyenangkan. Dari kita tidak tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham dan seterusnya.
Siapkan Alokasi Tabungan Pendidikan Anak Sedini Mungkin
Pendidikan dan proses belajar itu adalah satu hal yang relativitas. Bukan berarti mereka yang miliki dana banyak akan bisa belajar banyak hal. Sebaliknya mereka yang kurang dana akan terbatas dalam memperoleh sesuatu.
Bisa iya bisa tidak pastinya, terutama bagi mereka yang kurang kreatif untuk melihat sebuah peluang. Tidak bisa merubah satu masalah menjadi satu kesempatan untuk lebih baik.
Buktinya mungkin kita akan menemukan mereka yang hebat ini berasal dari keluarga biasa saja. Dan ada pula mereka yang memang berasal dari keluarga ketercukupan secara finansial.
Hanya saja yang pasti bisa ditemukan mereka / para orang tua ini adalah orang-orang yang konsen terhadap pendidikan anak-anaknya. Ibarat kata kita boleh tidak makan tapi sekolah itu harus, biaya entah darimana nanti akan dipikirkan.
Kita sebagai generasi muda pasti tidak bisa menggunakan konsep itu. Harus ada persiapan sedini mungkin agar tiap tahapan sekolah tidak ada kendala.
Bukan hanya dana saja tapi kurikulum / bidang minat bakat apa yang akan ditawarkan kepada anak. Paling penting sebagai orang tua jangan pernah memaksakan kehendak. Sebaliknya tanyakan kepada anak ia ingin berhasil sebagai apa dan pandu untuk menuju ke sana.
Jangan sampai anak menempuh satu pendidikan hanya karena ingin menyenangkan anak. Tak adil rasanya kalau kita memaksakan apa yang tidak disenangi kepada anak dan beban itu akan dipikul sepanjang hayat.