Ada beberapa hal yang tidak mungkin terlupakan bila saya harus mengenang masa kanak-kanak. Usia 5 tahun masuk Taman Kanak-Kanak Pusposari. Jaraknya tidak begitu jauh dari rumah. Cukup berjalan tidak lebih dari 500 meter sudah sampai.
Ada hal yang paling menggelikan keritika itu. Waktu sudah menunjukan hampir 7 pagi dan saya belum sampai kelas. Dengan diantar nenek saya bergegas dan ditengah jalan saya melihat sepatu yang terpakai tertukar. Anehnya saya bukan bergegas untuk menukar dari yang kiri ke kanan dan sebaliknya tapi malah nangis. Satu peristiwa yang tidak akan pernah terlupakan sampai saat ini.
Pernah juga ketika itu sedang mainan ayunan dan terlalu semangat. Saya ingat betul orang itu namanya Surani. Kami berdua menggoyang ayunan sekuat tenaga dan terus saya digoyang dan tiba-tiba, “gubrak.” Kami berdua dibawah ayunan dan menangis bersahutan. Semua menjadi gelap untuk sementara dan tak lama kemudian ibu gurupun dating dan menolong.
Di Puspasari saya juga temukan berbagai hal indah lain seperti kesempatan menggambar meski tidak bisa menggambar atau lebih tepatnya mencoret-coret buku yang diberikan simboku sebagai bekal sekolah.
Mungkin benar apa kata orang, masa kanak-kanak adalah masa yang terindah dan tak terlupakan. Begitu juga dengan saya, sering pulang sekolah kita mandi disungai Konteng. Sungai yang dianggap cukup angker bagi kami yang masih anak-anak tidak menjadi alas an untuk takut.
Ingat betul ketika itu kita mandi berpasang-pasangan, gendong-gendongan dan main air. Semua penuh keceriaan dan kesenangan tanpa berpikir apa ada masalah atau tidak.