Berkunjung ke Bumi Cenderawasih seolah mengarahkan pikiran siapa saja untuk menuju Raja Ampat, Sorong ataupun Jayapura. Padahal di pulau paling timur di Indonesia ini masih banyak wilayah dengan objek wisata yang bisa dituju dan salah satunya tentu saja Boven Digoel.

Nama unik dan khas ini masih menggunakan bahasa asli Belanda. Boven Digoel ini sendiri dapat diartikan sebagai Digoel Atas karena memang lokasinya ada diatas dan berseberangan dengan negri tetangga. Satu wilayah tanpa laut tapi tetap kaya akan keindahan alam.
Namanya memang tidak semoncer wilayah diatas. Namun jangan salah, wilayah ini menyimpan segudang potensi wisata. Mulai dari wisata alam, seni budaya, religi hingga sejarah.
Di wilayah perbatasan ini ternyata pada jaman dulu digunakan sebagai lokasi pembuangan. Bung Hatta, Sutan Syahrir, Sayuti Melik dan para pejuang kemerdekaan pernah diasingkan di daerah yang langsung berbatasan dengan Papua Nugini ini.
Berdasar data yang ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Boven Digoel, 2015 tercatat setidaknya puluhan objek wisata yang tersebar di 15 kecamatan. Di tiap kecamatan atau distrik terdapat objek dengan ciri khas tertentu.
Semisal untuk distrik Yaniruma menyimpan potensi wisata budaya dengan adanya rumah pohon dan rumah tinggi. Mereka yang tinggal di distrik ini adalah suku Suku Koroway dan Kombay. Saat berada disini wisatawan akan diajak menikmati suasana dan kehidupan tradisional yang sangat menjaga kelestarian alam.
Bila ada keinginan untuk napak tilas suasana tempo dulu dimasa pembuangan maka datanglah ke distrik Mandobo dan berbagai situs sejarah akan ditemukan disini. Penjara Situs Boven Digoel, Tugu Monumen Bung Hatta dan Taman Makam Pahlawan (Perintis) seolah menjadi saksi bisu kekejaman Belanda di masa lalu.
Selanjutnya bila kamu ingin berburu wisata religi maka datanglah ke Gua Bunda Maria Kandon Kakuna dan Gua Bunda Maria. Dua gua Bunda Maria ini berada di Mindiptana dan Mandobo.
Distrik Arimop menjadi surga bagi mereka yang suka dengan ketenangan alam dan guyuran air. Pasalnya di wilayah ini setidaknya ada 6 air terjun yang bisa disambangi mulai dari air terjun Won, air terjun Aman, air terjun Tayon, air terjun Towoin, air terjun Ajan dan air terjun Maket.
Selain itu masih ada objek wisata air terjun Komen yang tak lagi diragukan keindahannya yang berada di distrik Waropko. Hingga saat ini berbagai objek wisata tersebut terjaga keindahan dan keaslian alamnya.
Ingin memanjakan mata dengan keindahan tanpa batas maka datanglah ke gunung Koreyom yang ada di Distrik Iniyandit. Bisa juga ke Pulau Ikan Ampera yang ada di Mandopo bila benar ingin merasakan adrenalin naik dengan konsep objek wisata minat khusus.
Berbagai penginapan, hotel dan losmen begitu mudah ditemukan di ibukota kabupaten yang ada di Tanah Merah. Namun tak seru tentunya bila liburan di tanah Papua menginap di hotel atau penginapan.
Berbagai sanggar seni budaya di wilayah ini juga dikelola dengan baik. Semua itu tentu saja untuk melestarikan budaya nenek moyang.
Saat ini setidaknya ada 63 sanggar yang tersebar dibeberapa wilayah. Mereka terdiri dari sanggar tari, musik rakyat dan lagu, seni rupa, dan teater.
Di Boven Digoel sendiri mayoritas penduduk terdiri dari 5 suku besar mulai dari Suku Wambon, Suku Muyu, Suku Auyu, Suku Kombay, Suku Wanggon dan 3 sub suku terdiri dari suku Sau Wambon, suku Sait Wambon, dan suku Koroway. Selebihnya mereka adalah suku pendatang yang berasal dari seluruh wilayah di Indonesia.
Selain itu wilayah ini menjadi salah satu yang paling unik karena hingga saat ini masih menjadi wilayah yang tetap mempertahankan nama Belanda. Boven Digoel ini sendiri adalah pemekaran dari Merauke sejak 2002 dengan ibukota Tanah Merah.
Salah satu kegiatan wisata minat khusus yang paling diminati wisatawan di Bumi Cenderawasih tentu saja melihat lebih dekat keindahan burung Cenderawasih Kaisar atau Paradisaea Guilielmi. Selain itu wisatawan bisa berkunjung ke Suku Korowai dimana suku ini baru dikenal masyarakat luas sejak 3 dekade yang lalu.
Mereka memiliki ciri khas karena tinggal pohon. Hal ini ditandai dengan adanya rumah yang ada diatas pohon. Bila di daerah lain warga Papua identik dengan koteka maka saat berkunjung ke sini kamu tidak akan menemukannya.
Berbicara tentang sejarah selain terdapat penjara yang digunakan untuk mengasingkan pejuang juga terdapat Tugu Pepera yang dibangun pada 17 September 1969. Penanda ini dibangun untuk memperingati bersatu kembalinya Papua dipangkuan NKRI.