Tak rela rasanya bila perempuan cantik ini mendapat julukan ‘Ratu Sampah Sekolah.’ Namun melihat kiprah dan seluk beluknya memang pantas bila Amilia Agustin mendapat julukan tersebut.
Bagaimana tidak, sejak duduk di bangku SMP gadis yang biasa disapa Ami ini begitu dekat dengan sampah. Ia menjadi salah satu sosok yang paling enggan menemukan sampah berserakan.
Bukan hanya memerintah tapi siswa SMPN 11 Bandung ini langsung memberi contoh. Memasukan sampah pada tempatnya hingga mengelola dan menjadikan sampah lebih bernilai. Baik itu dijadikan produk lain hingga menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis.
Go to Zero Waste School
Awal mula, Ami yang bersekolah tidak jauh dari tempat pembuangan sampah hanya sebatas mengumpulkan sampah plastik dan mendaur ulang menjadi bentuk lain yang berguna. Selanjutnya bersama teman-teman satu sekolah membuat program “Go to Zero Waste School.”
Dalam sebuah perlombaan antar sekolah, proposal program “Go to Zero Waste School” menyabet juara 1 dan berhak atas dana operasional sebesar Rp2,5 juta. Dana ini pun digunakan untuk mewujudkan mimpi agar sekolah bebas dari sampah.
Kegiatan ini memiliki cakupan yang lebih luas karena mereka memiliki solusi jangka panjang atas permasalahan sampah yang ada. Selain itu mereka fokus pada 4 bidang pengelolaan sampah, mulai dari anorganik, organik,tetrapak, dan kertas.
Untuk sampah anorganik, pada umumnya diubah menjadi tas atau pot, untuk sampah organik diolah menjadi pupuk kompos. Selanjutnya untuk tetrapak menjadi papan, furniture, hingga atap gelombang dan untuk sampah kertas disulap jadi buku atau kertas poster.
Banyak pihak mulai terlibat dalam kegiatan ini. Bukan hanya para siswa semata tapi juga melibatkan guru dan staf yang ada di lingkungan sekolah.
Kegiatan mengelola sampah terus berjalan dan membuka peluang lebih lebar. Terutama bagi teman sebaya dimana mereka bisa menerapkan prinsip social entrepreneurship atau secara sederhana bisa dikatakan sebagai kerja sosial yang menghasilkan.
Kepedulian Amilia Agustin Terus Berlanjut
Mungkin diantara kita ada yang menduga jiwa sosial, jiwa yang peduli dengan lingkungan ini hanya Ami miliki saat duduk di bangku SMP saja. Namun faktanya tidak, terhitung hingga kini belasan tahun Ami tetap fokus dengan bagaimana menjaga kebersihan lingkungan.
Namun cara dan ruang lingkupnya sudah semakin luas. Sebagai contoh saat ini Ami fokus memberikan penyuluhan terkait proses daur ulang sampah. Mengubah pola pikir dan membuat gerakan “Mengubah Sampah Menjadi Berkah.”
Terutama pada ibu-ibu dimana dengan kegiatan ini sampah tidak saja tertanggulangi. Akan tetapi sekaligus bisa menjadi sumber pendapatan keluarga.
Cara lain yang ia terapkan tentu saja dengan bekerja di bagian Corporate Social Responsibility atau CSR. Di mana pihaknya akan menjadi perwakilan perusahaan untuk turun ke masyarakat, memberikan dana hibah untuk dikelola dan memberi manfaat kepada masyarakat luas.
Selama kuliah pun jiwa untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan tetap menyala. Hal ini dibuktikan dengan adanya “Udayana Green Community” dari tahun 2014 hingga 2018 dengan jumlah relawan mencapai puluhan mahasiswa.
Mereka fokus untuk pengelolaan sampah dan sosialisasi pengelolaan sampah tingkat dasar. Yang disasar dari kegiatan ini tentu saja sekolah dan masyarakat di sekitar kampus Udayana di Kota Denpasar dan Banjar.
SATU Indonesia Awards
Berkat kerja keras yang ada Ami terpilih menjadi sosok inspiratif di tahun 2010. Kegiatan ini digelar ASTRA Indonesia sebagai penghargaan bagi mereka yang mampu memberikan kontribusi nyata bagi orang yang ada disekitar.
Ajang Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards masih berlangsung hingga saat ini dan tiap tahun ASTRA mencari para sosok inspiratif yang mampu melakukan perubahan. Kategori tersedia pun cukup beragam mulai dari lingkungan, kesehatan, pendidikan, teknologi dan kewirausahaan.