Menembus Batas dan Karma Itu Nyata (Part 3)

Masih berkaitan dengan karma. Percaya atau tidak asal mula saya mengenakan kacamata ini gara-gara meledek salah satu teman kala SMP. Ia tetap menjadi teman baik

Joko Yugiyanto

Masih berkaitan dengan karma. Percaya atau tidak asal mula saya mengenakan kacamata ini gara-gara meledek salah satu teman kala SMP. Ia tetap menjadi teman baik dari dulu hingga sekarang meski menahun tak jumpa.
facebook.com/groups/xgodean1
Kala itu ia yang tanggal lahirnya selisih 1 hari dengans saya ku panggil kacamata. Tak perlu waktu lama, saya pun kesulitan melihat tulisan yang ada di depan mata dan karma itu nyata bukan.

Mencoba duduk di bangku paling depan masih saja terasa sulit melihat apa yang mereka goretkan. Pada akhirnya muncul ide untuk mencoba memeriksakan mata.

“Jederrrr” benar saya ternyata saya telah minus dan mengharuskan adanya alat bantu berupa kacamata. Rasa enggan dan tak nyaman itu yang terbersit. Namun tanpa kacamata padangan menjadi terbatas.

Dengan rasa tak percaya diri dan mencoba meminimalisir penggunaan kacamata itu itu yang ku coba. Tapi tak bisa, sifat kepo dan ingin tahu mengharuskan ku untuk ketergantungan pada satu benda ini.

Menggunakan kacamata ternyata tidak selamanya merugi. Buktinya kini dengan kacamata saya bisa membatasi pandangan. Banyaknya godaan yang tak bisa dikontrol akan terkurangi bila tidak mengenakan alat bantu ini.

Dalam beberapa sesi dan saya tak pede untuk unjuk penampilan terbantu dengan dilepasnya kacamata. Tak berani menatap audiens bukan berarti tak menatapnya. Keterbatasan jarak pandang bisa membuatku terus menatap mereka padahal aslinya tak nampak jelas.

Seolah menjadi pengingat bahwa lidah harus di jaga, mulutmu harimaumu. Jangan sampai berucap yang bisa saja menyakiti orang lain.

Logika sederhana yang harus ditanamkan dalam diri. Bila tak mau di cubit jangan sekali-kali mencubit orang lain. Ingat karma itu nyata dan siap kembali kepada siapa saja yang menebar.

Menjaga sikap dan hati senantiasa untuk menjadi orang baik. Bukan menjadi orang alim dan sok suci tapi bagaimana kita bisa tetap menjaga silahturahmi dengan orang lain tanpa sikap menyakiti.

Bagi kamu yang mungkin satu sekolah dengan saya mungkin tahu siapa sahabat yang membuatku makin bersyukur dengan adanya kacamata karena membatasi pandangan ini. Bila tidak mungkin bisa tunggu di part selanjutnya.

Oh ya mungkin saya akan membagikan cerita hidup dalam beberapa part. Tujuan utama agar menjadikan diri makin bersyukur pernah bertemu orang-orang hebat.

Joko Yugiyanto

Sehari-hari bekerja sebagai penulis lepas dan bila kamu ingin order sesuatu bisa kontak saya di 087838889019

Tags

Related Post

Tinggalkan komentar