Filosofi Tukang Bakso Keliling, Menyerang dan Menang

Filosofi kopi, mungkin hampir semua anak muda tahu tentang buku atau filmnya. Tapi bagi saya pribadi ada yang lebih menarik yang tak lain dan tak

Joko Yugiyanto

Filosofi kopi, mungkin hampir semua anak muda tahu tentang buku atau filmnya. Tapi bagi saya pribadi ada yang lebih menarik yang tak lain dan tak bukan adalah filosofi tukang bakso keliling.

tukang bakso keliling
kompas.com

Sebelum tulisan ini benar-benar saya lepas ada beberapa perdebatan batin. Hanya saja apapun alasannya tulisan ini harus segera naik. Sebaik apapun ide yang mengendap di pikiran itu tak berguna.

Kenapa saya katakan filosofi tukang bakso keliling itu menarik karena dari mereka kita bisa belajar banyak hal. Sesuatu yang mungkin biasa tapi sejatinya luar biasa.

Mereka adalah sosok yang tek lelah untuk terus melangkah meski belum ada kepastian calon pembeli. Mereka senantiasa akan memukul mangkuk atau kentongan sepanjang jalan sebagai tanda bahwa mereka sedang melintas.

Satu kata yang mungkin bisa mewakili sikap mereka adalah kegigihan. Tak ada alasan pulang sebelum semua dagangan habis. Bahkan disaat hujan turun mereka tak kunjung pulang tapi justru makin semangat.

Momentum yang ciamik tentunya saat hujan bisa memanjakan para pembeli. Siapa diantara kita yang berani mengaku tidak suka atau tidak doyan bakso. Apalagi bila bakso tersebut datang menghampiri. Tidak perlu susah dan hap langsung masuk ke mulut.

Mencoba menggunakan istilah sepakbola, mereka adalah para striker. Orang-orang yang di didik untuk menceploskan bola. Tak ada alasan untuk menjadi pemain bertahan atau sekedar menunggu bola datang.

Sosok-sosok yang berani meninggalkan zona nyaman. Masuk dalam area yang mungkin bisa jadi mereka sadar penuh dengan ketidak pastian.

Kita apapun profesinya sejatinya bisa meniru mereka. Senantiasa berupaya meninggalkan zona nyaman dengan segala resiko. Bukankah kepastian dalam dunia ini adalah ketidakpastian itu sendiri.

Bagai roda yang terus berputar. Hanya mereka yang senantiasa berubah mengikuti perkembangan jaman yang akan bertahan atau harus siap di tinggal zaman.

Sudah cukup kita dininabohokan cerita tentang Kodak, Nokia, ataupun BlackBerry yang mana mereka kala itu cukup percaya diri. Apa yang mereka miliki seolah akan selamanya diterima publik dan pada akhirnya kita tahu mereka seperti apa.

Tak mau peristiwa menyakitkan terjadi pada ketiga raksasa tersebut ada baiknya mulai sekarang, saat ini juga untuk terus berupaya melakukan lebih. Berimproviasasi atau berinovasi yang mungkin juga akan terjadi kegagalan. Tapi itu lebih baik daripada kalah sebelum berperang.

Joko Yugiyanto

Sehari-hari bekerja sebagai penulis lepas dan bila kamu ingin order sesuatu bisa kontak saya di 087838889019

Related Post

Tinggalkan komentar