Kalau boleh jujur, beberapa kali saya mencoba mengajarkan kepada orang sekitar tentang bagaimana tetap berpenghasilan meski di rumah saja. Hanya saja tak ada satupun yang berhasil. Jawaban klise ketika mereka mulai menyerah. “Saya tidak suka membaca dan menulis.”
Padahal dengan dua kegiatan paling menyenangkan tersebut kini seseorang bisa survive. Saya pribadi sejak satu tahun terakhir memutuskan dari dunia kerja profesional dan lebih menulis membaca dan menulis.
Ada ketakutan dengan apa yang namanya waktu. Sosok tak berwujud ini tanpa ampun akan melibas siapa saja, terutama mereka yang enggan berproses.
Belajar dari Seorang Kawan
Saya percaya dengan kata orang, ‘rumput tetangga lebih hijau’ tapi tahukan proses yang terjadi didalamnya. Ada diantara mereka yang menyesal harus bekerja di luar pulau.
Meninggalkan anak dan istri, dalam satu tahun hanya sekali dua kali pulang dan itu pun tidak lama. Setelah itu harus bekerja dan bekerja.
Mungkin saat itu dia lupa. Saat istri sedang berjuang dengan maut dalam proses melahirkan pun ditinggalkan.
Usia beberapa bulan pulang sekali dan seterusnya. Komunikasi yang ada hanya via telepon. Beruntung sekarang sudah ada smartphone yang bisa memperindah jalinan karena selain bisa mendengar suara juga bisa melihat rupa.
Tak terasa anak sudah mau sekolah dan ingat betul selama beberapa purnama itu hanya beberapa hari membersamai. Ada rasa yang kurang, ada rasa yang hilang.
Harusnya dulu bisa menimang lebih lama, main lebih lama hingga pada satu pengalaman tak terlupakan. Nyebokin si jabang bayi saat sedang pup.
Semua itu tentu hanya akan dapat dirasakan bila berada di sisi mereka. Bila tidak sudah tentu hanya cerita indah yang terdengar.
Tak ingin lebih lama dalam kegelisahan maka saya memutuskan meninggalkan hingar bingar BSD. Kota kecil yang konon tak jauh beda dengan miniaturnya Singapura.
Meski saat itu saya pun tinggal bersama anak dan istri tapi tetap rasa itu dirasa kurang. Ada satu hasrat untuk bagaimana lebih dekat dengan orang tua.
Waktu Tak Bisa Diputar Kembali
Dan kini saya berada di satu posisi yang mungkin paling diinginkan. Bekerja dari rumah dan membersamai anak dan istri.
Senantiasa bisa melihat tumbuh kembang si bujang. Dan tentu saja beserta dengan drama-drama yang muncul.
Tak menyesal atas apa yang dipilih. Memiliki kegiatan yang menantang adrenalin sembari memandunya untuk berproses.
Perlu digarisbawahi adrenalin yang saya maksud disini tentu saja tanpa kepastian penghasilan. Bila dulu, menyandang status karyawan tentu ada angka didapat setiap bulan.
Terlepas cukup atau tidak tapi angka itu nyata. Saat ini menjadi ladang pembuktian pula bahwa sejak dulu memiliki cita-cita sebagai seorang sales marketing.
Cita-cita yang Tertunda
Diantara sekian banyak cita-cita yang ada ada satu yang ingin saya ambil sejak dulu. Hanya saja dulu belum kesampaian karena takut dengan adanya risiko.
Tapi kini benar-benar saya ambil secara totalitas. Kegiatan sales dan marketing menjadi keseharian dan tentunya gaya hidup.
Ibarat kata, apa yang bisa dijual tentu saja jual. Hanya saja hingga saat ini tidak ada produk fisik, yang ada sebatas produk jasa dan digital.
Dan bila kamu penasaran apa saja yang dijual maka ini adalah daftar atau list yang saya jual. Tidak banyak memang tapi bila ada yang didiskusikan tentang apapun saya terbuka selama itu bisa memberi manfaat.
Kembali ke poin yang paling atas. Di mana saya ingin mensuport siapa saja yang ingin belajar dan survive dari dunia digital dan semua itu sifatnya gratis.
Hanya saja saya membutuhkan keseriusan. Jangan sampai usai 2 minggu melakoni dan kemudian tidak ada kabar alias raib.
Kenapa demikian? Tentu saya tidak ingin menyesal setelah men-suport dan melakukan banyak hal dan ternyata sia-sia.
