Mungkin tak banyak yang tahu, sejak akhir tahun 2021 saya memutuskan untuk resign sebagai part of human capital. Kini sehari-hari saya berwirausaha di bidang digital, persisnya menjual jasa publikasi media online.
Membantu para pemilik brand untuk bagaimana kemudian usaha yang mereka miliki menjadi begitu mudah ditemukan di mesin pencari. Tentang cara dan strategi tentu ada cukup banyak.
Selain itu saya saat ini juga menjadi Fasilitator UMKM untuk membantu proses adopsi digital. Bagaimana kemudian para UMKM bisa meningkatkan penjualan dengan memanfaatkan teknologi digital.
Banyak ilmu baru saya pelajari, berbagai referensi saya cari untuk kemudian bisa saya terapkan. Tak lupa tentu kisah jatuh bangun para pelaku UMKM.
Lebih Dekat dengan Sosok Yudi Efrinaldi
Diantara sekian banyak pelaku UMKM yang cukup menarik untuk di kulik ada Yudi Efrinaldi asal Asahan, Sumatera Selatan. Untuk bisa sukses seperti saat ini ternyata ada jatuh bangun dialami.
Yudi Efrinaldi pada awalnya hanyalah seorang pegawai honorer yang mana seperti kita tahu penghasilan tidak terlalu besar. Berniat mengubah nasib maka ia pun memutuskan untuk mengundurkan diri dan memulai berwirausaha.
Usaha yang pertama dirintis adalah berjualan bubur di pinggir jalan. Hanya sempat berjalan satu tahun dan mulai sepi, terutama pada saat hujan turun maka omset turun drastis.
Selanjutnya ia pun mencoba jasa ojek dengan nama Kijek yang tak lain adalah akronim dari Kisaran Ojek. Namun apesnya produk ini tidak begitu diminati seiring adanya ojek online.
Tak ingin meratapi nasib maka ia pun banting setir untuk berjualan pisang goreng. Namun lagi-lagi kegagalan menghampiri dan usaha ini hanya berjalan 3 bulan saja.
Hadirnya Es Gak Beres Tak Sengaja
Mencoba peruntungan lain maka Yudi pun berjualan es dan ia pun mencoba berinovasi dengan membuat es aneka rasa. Nama ini pun muncul berkat celetukan pelanggan yang diketahui bernama Husni Mustofa.
Kala itu Husni datang disaat dagangan habis dan secara spontan ia nyeletuk “memang es kau gak beres ini”. Terinspirasi dari kalimat inilah kemudian Yudi menggunakan nama “Es Gak Beres.”
Guna mengamankan nama yang ada, Yudi pun mendaftarkan merek ini kepada negara. Tujuannya tentu saja untuk melindungi mereka yang ada.
Dimana saat ini Yudi memiliki mitra atau yang mungkin lebih pas dikatakan sebagai reseller. Mereka ini adalah orang perorangan yang membeli bahan baku dan merek Es Gak Beres untuk dijual kemudian.
Yudi tidak membuat franchise tapi lebih menekankan pada sistem kemitraan. Dengan cara ini calon mitra bisa memiliki keleluasaan untuk memiliki usaha. Kini Es Gak Beres tidak saja ditemukan di Asahan tapi juga bisa ditemukan di kota-kota lain di Sumatera hingga ke Jawa.
Es Gak Beres bukanlah jenis es melainkan sebuah merek. Untuk sampai pada tahap ini Yudi pun bereksperimen untuk membuat aneka es dengan varian rasa. Jadi jangan kaget bila kemudian tiap gerai memiliki varian rasa yang melimpah.
Selain itu keunggulan dari produk ini tentu saja harga yang relatif murah. Di mana mereka yang menjadi segmen target dari pasar ini adalah para pelajar.
Dalam satu bulan mampu membukukan omset hingga ratusan juta. Keuntungan didapat pun cukup melihat dan sebagian dikembalikan kepada masyarakat. Salah satu bukti nyata dengan adanya ambulan gratis yang disediakan untuk warga yang membutuhkan.
Penerima Apresiasi SATU Indonesia Award
Berkat kerja baik inilah kemudian salah seorang kawan mendaftarkan Yudi untuk menjadi salah satu penerima Apresiasi SATU Indonesia Award. Berkat kiprahnya ini ada ratusan UMKM bermunculan baik itu mereka yang menjadi karyawan secara langsung maupun para mitra.
Dari kiprah dan kerja keras Yudi ini tentu bisa kita tularkan kepada para pelaku UMKM yang lain di seluruh Indonesia. Di mana untuk memulai sebuah usaha untuk tidak perlu takut untuk gagal.
Paling penting adalah melakukan yang terbaik. Dalam satu kesempatan ia pernah berujar, kegagalan itu harus dihabiskan dan setelah itu tentu ada kesuksesan menghampiri.
#BersamaBerkaryaBerkelanjutan #KitaSATUIndonesia