Selama beberapa tahun terakhir ini saya mencoba ikut menulis tentang sosok inspiratif yang diinisiasi ASTRA melalui Indonesia Satu. Jujur mereka ini adalah orang-orang terpilih yang hadir dan memberi kontribusi nyata.

Dan belum lama ini saya bertemu dengan Triana Rahmawati, S.Sos, M.Sos yang tak lain adalah pemerhati Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) dari Kota Solo. Sepintas melihat orang akan tahu bila ibu muda ini adalah sosok yang berdedikasi.
Terutama pada apa yang menjadi keyakinannya. Tria demikian akrab disapa bukan orang baru dalam kegiatan ini. Jauh sebelum menerima Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2017 untuk kategori kesehatan perempuan berhijab ini telah lebih dulu berjibaku.
Semula berasal dari peristiwa sederhana di angkringan yang letaknya tidak begitu jauh dari kampus Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Sore itu pas bulan Ramadan jelang magrib Tria mendengar ada suara adzan dan bertanya pada si ibu penjual angkringan apa itu adzan.
Ibu angkringan menjawab dengan natural, “mbak, kui wong edan.”
Hatinya terketuk dan harus ada orang atau pihak yang peduli akan kondisi ini. Terlebih ketika ia melangkah lebih jauh, ada banyak orang dengan kondisi serupa dan butuh perhatian. Kondisi ini diperkuat fakta, Tria adalah mahasiswa Sosiologi yang mempelajari ilmu sosial dan manusia.
Dari kondisi ini perempuan berkacamata ini langsung mikir apa yang kemudian bisa dilakukan dan memberi manfaat. Dan membentuk rumah singgah adalah langkah nyata yang kemudian bisa dilakukan Tria bersama 2 sahabatnya Febrianti Dwi Lestari, dan Wulandari.
Griya Schizofren Ajak Semua Pihak Rangkul ODMK
Dalam menjalankan kegiatan, perempuan kelahiran Palembang, 15 Juli 1992 ini tak sendiri. Masih ada banyak orang yang sevisi dan peduli. Langkah konkrit yang ditempuh pun membangun rumah singgah “Griya Schizofren”.
Di fase awal yang terlibat hanyalah 10 mahasiswi dan mereka ini melakukan kunjungan 3-4 kali dalam seminggu ke rumah singgah. Pelan tapi pasti di fase awal di dukung 50 relawan.
Rumah ini tidak dibangun secara khusus, akan tetapi bekerja sama dengan PMI Kota Solo. Berada dalam wilayah yang strategis dan tidak perlu waktu lama, Griya Schizofren ini pun dikenal masyarakat luas.
Di tempat inilah kemudian aktifitas pendampingan terhadap orang dengan masalah kejiwaan di jalankan. Filosofi yang diusung tak lain merupakan Social, Humanity dan Friendly.
Berbagai kegiatan pun digelar untuk membersamai ODMK, mulai dari mengobrol, bernyanyi, menggambar dan bersenang-senang dengan cara sederhana. Tak jarang mereka pun beribadah bersama.
Triana sadar betul ODMK ini tidak bisa dikucilkan. Namun yang harus dilakukan adalah merangkul dan membersamai. Tidak menjadikan mereka seolah sosok yang aneh dan beda dengan manusia pada umumnya.
Dulu Griya Schizofren hanyalah tempat untuk menampung ODMK yang ada di Kota Surakarta. Namun kini dengan adanya Youth Project maka rumah singgah ini telah menjadi laboratorium riset untuk menyempurnakan pelayanan bagi para ODMK.
Relawan pun jumlahnya kian banyak dan berbagai kegiatan secara berkala bisa disusun dengan baik. Mereka ODMK bukan lagi menjalani hari yang monoton tapi kian berwarna.
ODMK hampir sama dengan malaria, di mana penyakit ini tidak bisa disembuhkan hingga 100 persen. Namun dengan penanganan yang tepat maka potensi ‘kambuh’ akan semakin kecil dan selanjutnya bisa kembali ke lingkungan keluarga.
Saat ini Tria bukan lagi mahasiswa tapi telah menjadi dosen yang melebarkan sayap untuk memberi manfaat lebih banyak kepada masyarakat luas. Dengan menjadi dosen ia percaya akan lebih banyak ilmu yang bisa diberikan.
Meski demikian, fokus pendampingan masalah kejiwaan tetap berjalan dengan baik. Jumlah penerima manfaat pun kian banyak. Tria berharap semakin banyak pihak yang peduli dan terlibat aktif untuk membersamai ODMK, bukan hanya mereka yang ada di Solo saja tapi di manapun berada
SatukanGerakTerusBerdampak #KitaSATUIndonesia