Iseng-iseng kemarin saya mengikuti langkah mas Bambang Irwanto dimana ia menulis dalam timeline untuk ajukan 1 pertanyaan seputar dunia menulis cerita anak. Namun karena saya masih awam maka saya ubah menjadi 10 pertanyaan tentang apapun yang sekiranya saya bisa jawab, bisa dikatakan Q n A Joko Yugiyanto.
Satu orang satu pertanyaan saja dan dalam berjalannya waktu ternyata ada beberapa pertanyaan yang menggelitik. Jawaban yang saya sampaikan ini tentunya versi saya. Jadi sudah pasti bukan satu kebenaran hakiki karena orang lain sudah pasti bisa punya jawaban yang berbeda.
Baca juga: Kata Orang Tentang Saya
Oke, Joko Yugiyanto Mulai Jawab Satu-Satu:
1. Didik Arwinsyah – Cara Semangat dan Rutin Menulis
Saya nyemplung dalam dunia tulis menulis itu sebenarnya tidak sengaja karena dari zaman dulu tidak ada niat ingin bekerja sebagai penulis atau ada hubungannya dengan tulisan. Tapi semenjak kerja di pabrik, tahun 2002-2004 saya pernah kerja di Astra dan trial gardan Avansa, Xenia dan Innova banyak kawan bilang saya terlalu kecil untuk bertahan kerja di pabrik.
Diantara mereka banyak yang menyarankan untuk adu nasib ke Radio Suara Kejayaan untuk mencoba peruntungan dan mengasah bakat melawak. Belum sempat mendaftar kontrak kerja saya di Astra dan habis.
Pilihan saya waktu itu ada dua, kembali ke Jogja untuk meneruskan kuliah atau kembali menjadi pekerja kerah biru dengan catatan mulai dari nol lagi. Bermodal tabungan selama kerja saya memutuskan untuk pulang kampung dan kuliah.
Niat awal pengen ambil jurusan teater tapi kata orang setelah lulus mau jadi apa. Dasar, sudah lama otak tidak pernah dipakai maka saya pun keliling Jogja cari kampus yang sekiranya pas.
La dalah, tahun itu di 2004 saya menemukan spanduk besar banget di jalan tentang pementasan Teater Senthir Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Tak tahu harus kuliah jurusan apa, ketika di depan kampus bertemu mahasiswa teknik elektro dia pun bertanya latar belakang pendidikan saya.
Saya pun sampaikan bila sebelumnya dari STM jurusan Listrik Industri. Makin semangat ia memprospek saya untuk masuk jurusan teknik elektro. Katanya saya sudah memiliki basic jadi kelak tidak ada kesulitan.
Namun ada bayangan nanti harus masuk pabrik lagi maka saya urungkan ambil jurusan yang telah saya pelajari selama 4 tahun. Akhirnya saya pilih jurusan psikologi. Satu kata atau istilah yang sebelumnya tidak pernah saya tahu itu apa. Tapi terlihat keren gitu apalagi bila ditulis psychology.
Setelah mendaftar dan diterima di psikologi pun saya langsung daftar Teater Senthir. Berharap ini bisa menjadi batu loncatan untuk menjadi seorang pelawak.
Waktu terus berjalan dan kebetulan di sebelah sanggar teater ada UKM lembaga pers mahasiswa yang identik orang-orang cerdas dan kritis. Hingga saat itu bisa dikatakan saya tidak pernah menulis apapun selain tugas kuliah.
Baca juga: Organisasi yang Bikin Saya Nganu Banget
Di organisasi teater dan lembaga pers mahasiswa ini otak saya ditempa dengan banyaknya bacaan yang harus dilahap untuk kemudian didiskusikan. Ingat betul masa-masa itu, perut boleh lapar tapi diskusi harus tetap jalan.
Usai lulus kuliah saya pun kembali merantau ke ibu kota. Salah satu perusahaan yang saya lamar adalah Trans Media tapi gagal.
Lamaran demi lamaran saya kirimkan hingga kemudian saya berjodoh dengan Tribun Lampung. Di sini pula saya kenal dengan rekan-rekan jurnalis dari berbagai media.
Ada satu masa saat itu saya pernah dikasih wejangan oleh pak Uki M Kurdi selaku pimpinan redaksi. Beliau pernah bilang, “dengan menulis maka saya bisa bertahan hidup”.
Selama satu tahun lebih di koran cetak Tribun Lampung saya diberi training untuk menjadi seorang jurnalis yang baik. Dimana kita bisa bekerja dengan melibatkan hati dan pikiran.
Baca juga: Menulis Media Katarsis Paling Murah dan Efektif
Saat itu di tahun 2009-2010 tidak ada yang namanya SEO dan hingga kini 2020 saya pun minim SEO. Yang ada menulis itu membahagiakan. Paling penting bagi saya menulis itu mudah dipahami pembaca.
Sudah ya mas Didik, jadi jawabannya adalah mantra dari pak Uki yang disampaikan ke saya bila dengan menulis saya akan hidup. Selain itu pekerjaan ini adalah sedikit pekerjaan yang masih bisa melibatkan hati dan pikiran.
2. Teguh Pratama – Perjuangan Ngeblog dan Pahit Manisnya
Saya Joko Yugiyanto memiliki blog pertama itu kanaljogja.com, ingat betul saat itu bulan November 2014 saya mengajak bertemu kawan dari Mapala, namanya Santi Arda Chandra. Kala itu ia ku panggil untuk nongkrong di salah satu angkringan di Jogja.
Dalam kesempatan itu saya brainstrorming tentang konsep yang coba ingin saya buat. Ia memberi banyak masukan dalam penyusunan blueprint. Timeline pun saya buat untuk kontrol apa yang saya mulai.
Selanjutnya dalam proses pengerjaan saya memiliki teman yang begitu luar biasa, kami biasa memanggilnya Agus Demit. Yang saya sendiri pun tidak sadar bila ia adalah salah satu orang penting di salah satu organ gerakan di Jogja.
Tak hanya itu saja tapi ia juga menjadi orang yang turut membidani lahirnya Kanal Jogja. Waktu terus berjalan dan saya pindah ke Jakarta. Di Jakarta ini pula saya menemukan banyak anak muda dengan talenta wahid.
Tidak hanya satu dua tapi ada banyak sekali yang kemudian mereka ini menjadi teman diskusi untuk mengembangkan diri. Khususnya terkait dunia per-blogger-an.
Kalau manisnya saya juga pernah merasakan sehari dapat $30 dari ads hingga berseloroh pengen segera pensiun saja. Untuk dukanya tentu saja saat ini betul pendapatan saya dari adsense sungguh memprihatinkan tapi itu semua tersubsidi dari iklan mandiri.
Untuk mas Teguh, overall bagi saya tidak ada kata duka dalam dunia blogging karena lebih dari itu saya percaya dengan namanya proses. Anggap saja sedang naik sepeda, kadang di atas kadang di bawah tapi yakin suatu saat sampai tujuan juga.
3. Itong Itong Santoso – Pendapat Saya Tentang Bisnis Entertainment Virtual
Untuk pak Itong, ini pendapat saya pribadi lho ya. Akan saya kerucutkan terhadap potensi bisnis dunia virtual. Bagi saya virtual adalah solusi atas apa yang terjadi saat ini.
Disaat jarak dan waktu bisa diakali dengan teknologi dan kita bisa menerapkan semua bidang di dalamnya. Sebagai contoh bila dulu saya pernah jadi kuli tinta untuk koran cetak maka saat ini saya tak ubahnya kuli tinta di koran digital.
Offline go online itu terjadi hampir di semua lini. Masih ingat, mungkin waktu kita SMP ada sahabat pena, berkirim surat dengan jasa pas pos tapi kini bisa jadi tidak ada lagi hal itu. Cukup kirim surat by email dan hasil sama saja.
Dulu sebelum pandemi kita bisa trip atau jalan-jalan ke satu objek wisata tapi kini bila itu tidak memungkinkan kenapa tidak kita coba cara virtual. Dalam bisnis pun bisa di bilang saja saja tinggal formula atau kemasan saja yang membedakan.
4. Mukhofas Baublogging – Keahlian yang Sudah Saya Kuasai
Pertanyaan mas Mukhofas ini agak susah untuk menjawab karena saya pun tidak bisa menjawab secara pasti. Tapi biar valid maka akan saya kohorensikan dengan angka atau kapital saja.
Keahlian pertama yang bisa saya katakan tentu saja mengunakan alat tes psikologi karena sejak lulus kuliah pekerjaan saya paling banyak adalah menjadi recruiter atau Human Capital Business Partner. Terhitung hingga saat ini saya pernah menjadi HR di BFI Finance Indonesia, Komitrando Emporio, Syncore Indonesia, Nusa Surya Ciptadana dan Smartfinance. Selain menggunakan alat tes tentu keahlian saya adalah memberikan konseling bagi karyawan karena itu salah satu tugas saya yang lain selain memenuhi kebutuhan karyawan.
Selanjutnya keahlian saya tentu saja menulis berita khususnya hardnews. Namun dalam berjalannya waktu kemampuan ini kurang terasah karena saya tidak lagi liputan di lapangan.
Kini yang bisa saya lakukan hanya menulis non SEO. Saya katakan non SEO karena memang dalam menulis saya kurang memikirkan hal itu. Paling penting bagi saya adalah apa yang saya sampaikan di terima dengan baik.
Nanti kalau ada yang tanya tentang Joko Yugiyanto lagi saya tulis dalam artikel terpisah ya?