Pernah mengaku sebagai anak pecinta alam, sejak duduk dibangku SMK hingga kuliah saya begitu gandrung dengan kegiatan dialam bebas. Bila dulu selama 4 tahun hanya sebagai penikmat alam tapi tidak saat duduk dibangku kuliah.
Meski saya tidak lulus dan dilantik sebagai anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pecinta Alam tapi saya cukup aktif ketika diajak diskusi seputar bagaimana menjaga kelestarian alam. Beruntung saya di UKM yang fokus pada konservasi alam.
Isu menjaga bumi tetap baik-baik saja begitu kental. Dan hal itu diwujudkan dalam kerja nyata dengan menjaga bumi tetap hijau. Bahkan kini masih ada cukup banyak kawan, meski telah lulus di bangku kuliah tapi jiwa konservasi itu masih ada.
Seringkali saya begitu takjub, melihat kawan-kawan yang masih mau turun dan menjadi bagian secara langsung dalam proses konservasi. Di Jogja sendiri masih santer akan isu penyelamatan ekosistem mangrove.
Tanaman yang dianggap cukup efektif untuk menjaga agar pantai tidak kian terkikis. Selain itu tentu saja menjaga habitat secara keseluruhan. Dan lebih menariknya produk ini ditangan orang yang tepat bisa bernilai jual tinggi.
Ekosistem Mangrove Harus Dijaga
Kegiatan menjaga ekosistem pantai pun bisa ditemukan di berbagai wilayah. Dan salah satu yang cukup populis tentu saja kerja nyata yang dilakukan gadis cantik yang diketahui bernama Qorry Oktaviani.
Dalam beberapa tahun terakhir gadis berkacamata ini turun langsung ke lapangan untuk menjaga ekosistem mangrove. Ada banyak hal yang dilakukan agar tata kelola mangrove kian optimal.
Alumni pendidikan biologi Universitas Andalas (Unand) ini dikenal sebagai aktivis lingkungan di Jambi, persisnya di Pangkal Babu, Tungkal Ilir, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Tak hanya itu, ia juga melakukan penelitian tentang mangrove, mengidentifikasi kebutuhan spesifik masyarakat, dan melakukan aktivitas berdampak di tingkat tapak.
Hasil nyata paling mudah terlihat dari adanya persemaian bibit mangrove untuk restorasi lahan kosong. Dan yang cukup mencuri perhatian tentu dengan adanya produk inovatif dari mangrove menjadi selembar batik.
Konservasi Mangrove dalam Selembar Batik
Berkat kejelian Qorry dalam menangkap peluang maka ia pun mampu melahirkan batik mangrove. Sesuatu yang dulu belum begitu populer tapi berkat tangan dingin perempuan kelahiran 3 Oktober 1994 batik mangrove kian dikenal publik.
Tak hanya komitmen dalam upaya melestarikan lingkungan, Qorry pun memberdayakan masyarakat setempat untuk membuat mangrove naik kelas.
Saat ini Batik Mangrove dari Pangkal Babu telah mulai dikenal masyarakat luas. Mereka mampu hadirkan 17 motif batik mangrove yang begitu khas.
Proses batik tulis yang ada pun tak ubahnya batik pada umumnya. Di mana untuk menghasilkan satu lembar batik membutuhkan waktu hingga berminggu-minggu.
Untuk harga batik tulis relatif lebih mahal daripada batik cap. Namun demikian produk ini begitu diminati masyarakat karena memiliki corak, pola dan karakter yang unik.
Salah satu alasan yang menjadikan batik ini begitu unik berada dalam proses pewarnaan yang menggunakan bahan alami. Selain itu tiap motif batik memiliki cerita atau pesan moral tersendiri. Semua itu menjadi bagian dari representasi kebudayaan setempat dan ekosistem mangrove itu sendiri.
Menjadi souvenir atau cinderamata yang harus dibeli saat Anda berkunjung ke Pangkal Babu. Tak lengkap rasanya berkunjung tanpa membawa buah tangan produk khas mereka bukan.
Qorry tertarik untuk mempelajari mangrove lebih dalam saat ia kuliah lapangan di hutan mangrove. Menurut pemilik zodiak libra ini masih ada banyak hal bisa dilakukan dengan keberadaan mangrove.
Terlebih saat ia bekerja sebagai fasilitator NGO WARSI, di mana ada kesempatan untuk mempelajari mangrove lebih dalam. Mangrove kini bukan lagi hanya sebatas dimanfaatkan kayunya saja tapi semua bagian bisa digunakan.
Menurutnya, tanaman ini tidak hanya memiliki nilai ekologis semata. Namun juga memiliki nilai estetika terutama saat digunakan sebagai pewarna alami.
Ide untuk menjadikan mangrove sebagai pewarna alami berkaca pada kulit kayu bakau dan buah pidada yang telah lebih dulu digunakan sebagai pewarna alami. Menurutnya, mangrove pun bisa digunakan dan guna mendukung proyek ini ia menggandeng ibu-ibu setempat.
Kelompok yang semula hanya beranggota 10 kini sukses mengembangkan berbagai motif batik. Berbagai sentuhan kelokalan itu begitu nampak mulai dari adanya pohon bakau, burung bangau, pohon bakau, bunga pidada dan berbagai tanaman khas lain yang begitu mudah ditemukan di sekitar mereka.
Apresiasi SATU Indonesia Awards dari Astra
Berkat kerja keras dan kontribusi nyata ini Qorry menjadi salah satu penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards dari Astra di tahun 2023 lalu. Menjadi sosok yang mampu membangkitkan kewirausahaan atau UMKM di daerah Tanjung Jabung.
Berkat Konservasi Mangrove dalam Selembar Batik membuat wilayah ini kian dikenal masyarakat luas. Memberi penghidupan yang lebih baik bagi warga sekitar dengan adanya lapangan kerja yang dibuka.
Menggerakan ekonomi berbasis kerakyatan dengan tetap memperhatikan kelestarian alam. Menjadikan bumi tetap baik-baik saja sekaligus mensejahterakan masyarakat setempat.