Menunggu itu Berat

Menunggu itu berat dan tidak semua orang bisa melakukannya dan ada saatnya kita benar-benar harus melakukannya.

Joko Yugiyanto

Saya yakin semua akan sepakat bila menunggu adalah salah satu pekerjaan yang paling berat. Meskipun kita sadar hal itu tidak membutuhkan energi karena waktu akan berjalan dengan sendirinya.

Menunggu itu Berat

Saya yakin tidak semua orang bisa melakukannya. Hanya saja bagi mereka yang telah yakin maka hal itu menjadi sesuatu yang biasa.

Meyakini akan ada hal baik setelahnya. Atau secara sederhana akan ada suka cita usai penantiaan.

Dan hal inilah yang saya rasakan sejak beberapa bulan terakhir. Waktu berjalan begitu lambat, seolah ingin segera tiba waktunya.

Iya saya butuh kepastian, baik atau buruk apapun itu adanya saya siap menerima karena ada langkah lain yang bisa diambil kemudian.

Lain cerita bila sedang berada dipenantian, tentu ada yang diharap. Sesuatu yang semoga saja memberi kabar dan hasil lebih baik untuk tahun-tahun mendatang.

Investasi Terbaik itu Bagian Atas

Gara-gara ini pula saya percaya bahwa salah satu investasi terbaik adalah memperbaiki apa yang ada diatas. Seperti apa yang dikatakan mbak Nia Ramadani.

Perempuan itu harus cerdas dan salah satunya bisa investasi pada bagian wajah. Namun kalau saya tidak demikian, meski sama-sama bagian atas tapi bukan wajah tapi lebih pada otak.

Di mana otak harus senantiasa diasah, dilatih dan diperbaiki. Bukan hanya sebatas secara aktual tapi juga legal formal.

Dulu saya terlalu abai dengan apa yang namanya administrasi. Beberapa kali ikut pelatihan tidak ambil sertifikat, pernah kerja ikut orang sekalipun paklaring tidak diminta dengan alasan untuk apa.

Namun kini saya benar-benar kelabakan, dimana mereka justru menanyakan bukti otentik berupa surat pengalaman pernah bekerja. Ada beberapa yang saya urus karena cukup bergengsi.

Akan tetapi proses yang ada tidak semudah yang kita kira. Ada yang beralasan bahwa saya bekerja telah cukup lama dan harus buka data sehingga mereka butuh waktu lebih lama. Bahkan ada yang naif mengatakan saya bekerja bukan saat dia menjabat.

Bekerja sebagai (HC) Human Capital atau HR mengajarkan bahwa kita harus siap menyelesaikan semua masalah yang ada. Baik itu berkaitan langsung dengan pekerjaan saat ini maupun yang telah lalu.

Tak ada alasan untuk bilang ‘tidak’ karena mereka (karyawan) tak pernah mau tahu siapa orang dibaliknya. Paling penting semua beres.

Menunggu itu Berat

Iya ini mungkin bentuk jungkir balik dunia. Kalau dulu saya berada di posisi HC kini maka saya berada di posisi pencari kerja.

Menunggu itu berat dan saat ini benar-benar sedang saya lakukan. Berada diantara jutaan pencari kerja dan berharap informasi yang pasti.

Secara teknis bila saya dulu berani mengatakan bila dalam waktu 2 minggu tidak ada kabar maka saya minta maaf. Hal ini karena saya harus mengkomunikasikan dengan para user.

Sering kali mereka ini menjadi pribadi yang unik dan standar hasil psikotes saja tidak cukup. Harus ada value lebih yang dimiliki bila benar-benar ingin klik dan bertahan cukup lama.

Dunia kerja memaksa seseorang untuk bisa ‘nyambung’ bukan hanya masalah urusan pekerjaan semata. Namun lebih dari itu ada hal lain yang tak terhindarkan. Terlebih bila durasi bekerja sama dan bersama-sama memakan waktu lama.

Aslinya cuma ingin sambat nulis seketika tanpa editing dan ternyata jadi meski tidak utuh.

Joko Yugiyanto

Sehari-hari bekerja sebagai penulis lepas dan bila kamu ingin order sesuatu bisa kontak saya di 087838889019

Tags

Related Post