Masih berbicara seputar penyakit kusta dan Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK). Sama seperti kita pada umumnya, butuh apa yang namanya chilling dan healing bagi OYPMK

Dua kata yang sangat populer tentunya, khususnya bagi anak muda yang “belum apa-apa” sudah merasa butuh pendinginan dan penyembuhan. Padahal kata atau ungkapan tersebut seyogyanya lebih tepat bagi mereka yang benar-benar mengalami luka (sakit).
Beruntung, Rabu (14/12) pagi, saya bersama kawan-kawan belajar banyak tentang hal tersebut. Dan dalam hal ini dikaitkan dengan OYPMK.
Orang-orang dengan kondisi yang bisa jadi pada masa lalu dikucilkan dan ditinggalkan. Padahal kini kusta bukan lagi penyakit menakutkan.
Hal ini seiring dengan adanya obat yang mampu bekerja secara efektif bila digunakan secara tepat. Tak aneh kemudian orang-orang yang menderita kusta kini bisa normal kembali.
Chilling – Healing bagi OYPMK, Perlukah?
Dalam webinar yang disiarkan secara daring ke seluruh nusantara oleh Ruang Publik KBR itu kami jadi tahu. Bahwa mereka persis seperti manusia pada umumnya. Pernah terluka dan perlu yang namanya Chilling dan Healing.
Hanya saja bentuknya yang berbeda. Bukan dengan menepi ke bibir pantai atau mencari suasana tenang ke atas gunung.
Hadir dalam talkshow tersebut Wakil Ketua Konsorsium Pelita Indonesia dan OYPMK Ardiansyah bercerita bahwa salah satu cara yang diambil untuk chilling – healing terbaik adalah dengan menulis. Ia tidak perlu keluar biaya banyak dan cukup di rumah saja tapi penyembuhan itu bisa dilakukan dengan baik.
Sebagai orang yang pernah menderita kusta. Ia tidak saja dikucilkan dan didiskriminasikan oleh keluarga saja tapi juga lingkungan atau masyarakat sekitar.
Bagimana ia mendapat perlakuan yang berbeda dan tidak adil. Beruntung ia masih miliki rasa percaya diri dan dengan segala keterbatasan bisa bangkit kembali.
Ardiansyah pun mengajak siapapun itu terutama OYPMK untuk tetap miliki rasa percaya diri dan bila ingin chilling – healing tidak perlu keluar banyak. Dengan melakukan hal menyenangkan meski di rumah pun bisa dilakukan.
5 Dimensi tentang Pemulihan atau Penerimaan Diri
Hadir pula dalam talkshow selama 1 jam itu ada Executive Director Institute of Women Empowerment (IWE) Donna Swita. Perempuan tangguh ini berupaya untuk bagaimana seluruh perempuan bisa berdaya khususnya mereka para OYPMK.
Menurut Donna, healing merupakan penyembuhan terutama pada psikis dan emosi seseorang, healing berlaku untuk semuanya termasuk disabilitas dan OYPMK.
Menurutnya ada 5 dimensi yang harus diperhatikan dalam proses pemulihan seseorang, mulai dari:
- Dimensi Fisik, hal ini berkaitan dengan fisik seseorang apakah mudah lelah, kurang tidur, dan sebagainya.
- Dimensi Psikis, selain fisik tentu ada dimensi psikis dimana kondisi-kondisi ini tidak akan terlihat secara kasat mata semisal apakah ada luka batin atau dendam yang tidak bisa sembuh / hilang.
- Dimensi Mental, dimensi berikutnya ada dimensi mental dan hal ini ternyata berbeda dengan psikis karena hal ini berkaitan dengan intelektual seseorang.
- Dimensi Relasi, tak kalah penting dan harus menjadi perhatian tentu saja ada relasi baik itu dengan keluarga inti maupun lingkungan terdekat.
- Dimensi Spiritual, dimensi terakhir yang akan memengaruhi tentu saja spiritual yang ada dan mereka yang kuat cenderung lebih tenang dalam hadapi masalah.
Dengan pembagian yang jelas ini akan mudahkan dalam identifikasi. Sebenarnya yang mayor mana dan minor yang mana. Menjadi prioritas untuk segera di tindaklanjuti untuk yang bersifat mayor.
IWE memiliki konsep menarik dalam kaitan healing bagi para OYPMK. Di mana mereka tidak diskriminatif dan tidak menghakimi.
Mengajak masing-masing individu untuk lebih mengenal diri sendiri dengan baik, melepaskan beban yang ada serta let it go. Dan dengan cara ini terbukti ampuh untuk kembalikan kondisi OYPMK seperti sedia kala.