Sepakat Tidak Kalau ini Pekerjaan Paling Enak di Dunia

Pernahkah berpikir tentang apa pekerjaan paling enak di dunia? Satu pertanyaan yang klise dan subjektif tentunya karena tiap orang berhak memiliki jawaban masing-masing. Enak menurut

Joko Yugiyanto

Pernahkah berpikir tentang apa pekerjaan paling enak di dunia? Satu pertanyaan yang klise dan subjektif tentunya karena tiap orang berhak memiliki jawaban masing-masing.

Pekerjaan Paling Enak di Dunia
https://kanaljogja.id

Enak menurut si A belum tentu enak menurut si B, nyaman bagi si B belum tentu bagi si C, pun begitu sebaliknya dan itu tidak ada yang salah. Semua orang berhak mengatakan apa yang ada adalah yang terbaik.

Tinggal kembali ke masing-masing individu untuk lebih mensyukuri atas apa yang terjadi. Tidak perlu diperbandingkan apalagi diperdebatkan.

Pekerjaan Paling Enak di Dunia Versi Saya

Dapat saya katakan apa yang terjadi pada saya adalah bagian dari pekerjaan paling enak di dunia. Kenapa demikian?

Satu yang pasti karena rasa syukur itu senantiasa ada. Selain itu menjalani proses sebagai suatu keharusan dan menikmati apa yang ada.

Wartawan Bisa Jadi Cara Terbaik Mengenal Dunia

Dulu saat saya masih kuliah saya menduga bahwa wartawan adalah pekerjaan paling enak di dunia. Usai menyelesaikan pendidikan saya pun mencoba peruntungan dengan menjadi seorang kuli tinta. Dari beberapa perusahaan media yang saya lamar ada 3 yang merespon.

Satu media televisi yang bernaung di Trans Corp, Koran Jakarta dan anak perusahaan Kompas Gramedia yang lebih dikenal dengan Tribun.

Di media televisi tersebut telah menyelesaikan psikotes dan ternyata gagal. Mungkin kepribadian atau intelegensi belum sesuai kriteria.

Selanjutnya di Koran Jakarta, salah satu media lokal yang cukup kenamaan ini pun memanggil saya untuk turut serta mengikuti seleksi. Namun entah kenapa hati ini belum tergerak untuk menyambanginya.

Terakhir kelompok Kompas Gramedia. Paman saya bisa dibilang menjadi orang yang paling berjasa dimana kala itu diantar didepan kantor yang berada di Palmerah.

Perjalanan cukup jauh dari Kemayoran, Jakarta Pusat. Dan di tempat ini saya mengikuti serangkaian tes yang luar biasa.

Dikatakan luar biasa karena secara pelaksanaan satu hari full dari pagi hingga sore. Selain itu ingat betul jumlah peserta tak kurang dari 80 orang tapi ada 3 nama yang masuk.

Hari kedua pun tes juga luar biasa dimana kita harus men-translete artikel yang diambil dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Saya yang teramat phobia dengan mata kuliah bahasa Inggris pun harus menyelesaikannya.

Ajaibnya saya pun lolos dan tes terakhir adalah interview. Di sini pun interview seyogyanya menggunakan bahasa Inggris. Tapi dengan polosnya saya menjawab dengan bahasa Indonesia.

Sempat down dan merasa tak percaya diri untuk lolos ke tahap berikutnya. Keajaiban kali kedua pun terjadi, saya lolos dan akan menjadi bagian dari mereka.

Beruntung sebelum di lepas ke lapangan untung liputan kami mendapat pembekalan dalam dunia jurnalistik sekitar 3 bulan. Disini kami ditempa untuk mampu menyajikan tulisan dalam kaidah jurnalistik. Selain itu juga dibekali berbagai teknik dalam menggali data.

Setahun lebih menjadi pewarta, ada rasa yang hilang dan kemudian terpikir untuk pulang ke Jogja. Bila tidak tentu saja menuntaskan hasrat yang sempat tertunda.

Keliling Indonesia mungkin menjadi impian banyak orang dan salah satunya saya. Mencoba berbagai upaya untuk mendapat sponsor agar bisa menuntaskan.

Human Capital is My Life

Mungkin karena basic saya orang psikologi dan terdapat posisi Human Capital Business Partner atau HC Area membuat saya tertantang untuk mencobanya.

Tak perlu waktu lama, saya pun bisa bergabung dengan PT BFI Finance. Di tempat inilah kesempatan untuk jalan-jalan benar-benar terealisasi.

Pucuk di Cinta Ulam pun Tiba. Begitulah peribahasa yang tepat untuk menggambarkan kondisi saat itu.

Bertepatan dengan projek mobile aplication, dan kala itu kita dari devisi Human Capital mendapat tugas untuk menyelesaikan sosialisasi ke seluruh Indonesia.

Kami yang ber-9 orang dibagi 3. Satu tim 3 orang dan mendapat seperti Indonesia. Saya berkesempatn untuk sosialiasasi area Jawa Tibur, Bali, All Sulawesi, Ambon dan Papua.

Entah berapa puluh kota harus dituntaskan dalam waktu kurang dari 2 bulan. Pernah juga merasakan satu hari satu kota hingga memaksa fisik harus tanggung dan tidak boleh tumbang mengingat kalender yang sangat padat.

Usai bekerja dari kota ke kota ternyata hati kembali tergerak untuk pulang kampung. Seolah tak ada pilihan bila harus kembali ke dunia ke-HRD-an.

Setelah itu setidaknya di Jogja saya menjadi karyawan dan bekerja dibidang HRD di 3 perusahaan dengan jenis berbeda mulai dari seluler, pabrik dan konsultan.

Sering pindah kerja ternyata tak cukup buat hati ini dan ingin membangun sebuah usaha. Warung Bakso, itu yang terbersit dan ingin di coba.

Hanya saja ternyata membangun usaha tak semudah membalik telapak tangan. Sambil meniti usaha ternyata jari ini ingin kembali menulis.

Seolah pikiran kembali ke masa lalu tentang konsep media tapi dalam skala kecil. Kanal Jogja itu nama yang terpilih dan menjadi ajang menuangkan berbagai coretan, ide dan pemikiran yang ada.

Waktu terus berjalan dan ternyata cukup banyak tulisan dihasilkan. Kini telah ada ribuan tulisan dalam blog kecil tersebut.

Berpikir menjadi wirausaha tak semudah yang dibayangkan. Saya pun kembali ke dunia yang dulu pernah di tinggalkan.

Satu pekerjaan paling enak di dunia pun digenggam. Pekerjaan yang senantiasa mempertemukan orang baru dan pengalaman baru.

Kalau boleh jujur sebenarnya inti atau pesan dari tulisan ini terkait pekerjaan paling enak di dunia adalah rasa syukur. Apapun pekerjaan kamu selama bersyukur maka akan menjadi pekerjaan paling enak di dunia.

Nak, kalau kamu ni boleh dong cerita tentang apa pekerjaan paling enak di dunia versi kamu…

Joko Yugiyanto

Sehari-hari bekerja sebagai penulis lepas dan bila kamu ingin order sesuatu bisa kontak saya di 087838889019

Related Post

Tinggalkan komentar