Pernah ke Palu

Dari sekian banyak kota yang telah dikunjungi, Palu memiliki cerita tersendiri. Bukan karena objek wisata atau panasnya minta ampun karena dilalui garis khatulistiwa. Lebih dari

Joko Yugiyanto

Dari sekian banyak kota yang telah dikunjungi, Palu memiliki cerita tersendiri. Bukan karena objek wisata atau panasnya minta ampun karena dilalui garis khatulistiwa. Lebih dari itu kutemukan orang-orang yang begitu hangat meski baru kenal atau kawan lama yang baru ketemu kembali.

Tak lama memang berada di salah satu kota di Sulawesi Tengah ini, kalau tidak salah cuma 3 hari 3 malam. Tapi dalam tiga malam tersebut ada teman dari Palu yang luar biasa.

Pada malam kedua menginap saya di jamu oleh orang yang baru hari itu kenal. Namanya Mb Rini, meski baru kali pertama bertemu tapi seolah telah lama kenal dan batin ini terasa nyaman. Saya beserta teman saya di ajak kalau tidak salah ke Pantai Talise melalui taman ria.

Ditempat tersebut saya diperlihatkan sisi lain dari kota Palu. Siang hari yang begitu panas berubah menjadi kota yang hangat dan meriah dengan lampu-lampu kota.

Di pantai Talise itu terdapat kehangatan dimana para remaja dan anak muda berkumpul dan menghabiskan malam bersama orang-orang terkasih. Tidak ada kesan mewah, sederhana dengan menu ala kadarnya tapi ngangeni dan pantas dijadikan tempat berkumpul sekadar untuk nostalgia.

Malam ketiga secara tak disangka ada teman semasa kuliah ada disana. Muthe nama orang itu, dulu waktu kuliah kita memang tidak kenal dekat. Kita hanya biasa say hello saja tak lebih.

Meski demikian ketika kita bertemu tak ada kesan canggung atau malu. Hanya beberapa jam kita bersama, disertai suami dan anaknya kita banyak cerita tentang masa masa di kampus. Dari yang satu ini juga saya diperkenalkan dengan makanan khas Palu berupa sup sumsum tulang yang dikenal Kaledo.

Makanan dengan harga yang fantastis dan panas yang luar biasa pula. Tak kuat rasanya lidah ini menyantap dan akhirnya memilih meninggalkan mangkuk besar itu.

Kalau malam kedua diajak ke laut maka malam ini diajak ke bukit. Disana katanya bisa melihat bintang lebih jelas di iringi alunan musik live.

Sepulang dari bukit itu sebenarnya masih mau diajak ke rumahnya untuk silahturahmi dengan keluarganya. Namun sayang, besok pagi-pagi buta sudah harus pindah ke kota lain.

Tak apalah, meski hanya tiga hari setidaknya kutemukan keindahan. Lebih indah dari fisik kota yang mendapat julukan si Kuskus dengan pisang ijonya. Tapi kutemukan kehangatan yang luar biasa dari mereka semua.

Suatu saat nanti semoga ada kesempatan untuk mengulang semua keindahan yang ada. Entah dengan siapa dan mau ngapain. Yang penting I want to go back Palu.

Joko Yugiyanto

Sehari-hari bekerja sebagai penulis lepas dan bila kamu ingin order sesuatu bisa kontak saya di 087838889019

Tags

Related Post

Tinggalkan komentar