Berbicara tentang hobi sejatinya saya hampir sama seperti yang lain. Memiliki hasrat untuk memacu adrenalin dengan cara berpetualang.
Tak mau rugi, berpetualang plus-plus harus didapat. Bagai pepatah menyelam sambil minum air itu yang dilakukan.
Enggan berpikir satu tujuan. Apapun yang dikerjakan ada beberapa target yang harus diperoleh atau hanya akan menjadi penonton semata.
Dulu saat masih sekolah di STM Pembangunan Yogyakarta hingga kuliah di Universitas Mercu Buana Yogyakarta ada banyak hal menantang bisa dipilih. Mulai dari mendaki gunung hingga panjat dinding / tebing.
Modal minim bukan tanpa alasan. Kala itu beruntung ada beberapa sponsor yang bisa kasih modal meski terbilang minimalis.
Hingga pada suatu ketika seminggu pernah naik 3 gunung. Hampir tiap pulang sekolah berlatih tali temali atau panjat dinding.
Stembayo Hiking Club atau SHC menjadi organisasi pecinta alam pertama diikuti. Dari sini bukan saja wadah untuk keluarkan hasrat. Ada banyak hal bisa dipetik dengan ikut organisasi minat bakat.
Sesuai namanya minimal minat dan bakat tersalurkan. Lebih dari itu disini saya tahu rasanya ada seleksi sistematis dimana bila tak mampu melaluinya akan tereleminasi.
Butuh perjuangan dan keras untuk mendapat julukan ‘anak SHC’. Dari organisasi ini pula saya belajar tentang tanggung jawab mengelola organisasi dan SDM.
Satu penyesalan yang pasti, kenapa dulu saya tidak masuk ke sistem. Lebih memilih sekedar menjadi “bolo dupakan” yang siap mengeksekusi program kerja disusun.
Dari sekian banyak kegiatan berpetualang ingat betul manakala harus survey atau menjadi leader dalam ekspedisi. Mendaki gunung atau susur pantai seolah menjadi langganan.
Sempat vakum beberapa tahun akhirnya hasrat bergabung di organisasi pecinta alam muncul kembali. Di kampus kebetulan ada organisasi Mahapala yang cukup terkenal.
Disitu mencoba kembali untuk membangun kegilaan. Mencoba bergabung dengan mereka hingga mengikuti proses diklatsar selama 10 hari di Purworejo.
Disini ada banyak hal bisa didapat khususnya tentang prinsip dan idealisme. Mereka yang bergabung rata-rata memiliki konsep diri yang matang.
Namun sayang, saya memilih jalan yang berbeda karena ada beberapa faham yang kurang sreg. Tak ada yang salah atau benar tapi kembali semua itu pilihan.
Kembali dari apa yang saya rasakan dari pengalaman bergabung di dua organisasi beda tingkat. Mereka sama-sama mengajarkan hal-hal hebat.
Memastikan seluruh tim dalam kondisi baik-baik, seolah pesan itu terbawa hingga sekarang. Apapun peran dan tanggung jawabnya harus diselesaikan.
Jujur hingga saat ini masih ingin mengulang masa-masa itu. Meski tubuh tidak sebugar itu, meski waktu tidak selonggar kala itu. Tetap ingin mengulang kembali berada di alam bebas. Mungkin suatu saat nanti saya akan datang ke organisasi tersebut sekedar untuk bernostalgia.