Seringkali bersama kawan-kawan ada guyonan yang cukup membuat saya berpikir. Benarkan saya belum pernah positif Covid-19.
Atau sejatinya infeksi virus itu pernah terjadi. Hanya saja mereka gagal masuk hingga rongga terdalam dan ketika di tes kemudian dinyatakan positif.
Menjadi menarik pembahasan ini, mengingat hampir semua orang di sekitar kita pernah terjangkit. Sebagai contoh saja, kala itu di kantor mereka yang satu departemen dengan saya lebih dari 80 persen pernah dinyatakan positif.
Apa hebatnya saya kemudian bila lepas dari virus yang menyerang manusia di seluruh dunia. Atau ini semua hanya karena faktor “kengeyelan” saja saja.
Di mana sesakit apapun saya akal itu enggan ke dokter. Percaya sakit hanya ada di pikiran.
Selama bisa menjaga pikiran sehat maka rasa sakit itu tidak akan pernah ada. Pun demikian dengan Covid-19 dimana konon mereka yang terinfeksi merasa tidak nyaman dalam tubuh, demam, batuk, pilek dan sekitarnya.
Sementara itu bagi saya semua penyakit itu adalah satu hal yang lumrah. Tidak perlu ke dokter, cukup di rumah saja. Minum obat Rp500-an dan sembuh.
Sakit itu Hanya Ada di Pikiran
Satu konsep yang sering dikatakan oleh orang-orang sekitar. Di mana dengan konsep ini kita tetap bisa bertahan dalam kondisi apapun.
Selama bisa menjaga pikiran tetap waras atau baik-baik saja maka sakit itu terabaikan. Benar saja, jauh sebelum pandemi melanda.
Panas menggigil tetap beraktifitas di kantor. Batuk, pilek, gebres-gebres menjadi satu hal yang lumrah. Tanpa masker atau tisu untuk menutup dahak dan mengelap air yang meler dari hidung menjadi rutinitas.
Lain cerita kemudian saat pandemi melanda. Ada rasa panas sedikit saja tidak boleh pergi ke kantor. Batuk terdengar dan bersin menjadi penanda saatnya pulang.
Mau tidak mau harus pulang. Konon katanya demi kebaikan orang-orang yang ada di sekitar pula.
Kita semua tahu ada orang-orang beruntung yang, entah bagaimana, berhasil menghindari penularan COVID-19. Mungkin Anda salah satunya.
Teori yang Menginspirasi
Kini pandemi telah akan usai. Jumlah mereka yang terpapar Covid-19 kian tipis dan kemudian banyak teori konspirasi bermunculan.
Namun bagi saya lebih baik membahas teori yang menginspirasi daripada teori konspirasi bukan?
Berdasar data yang ada di Inggris Raya hampir dipastikan lebih dari 60% warganya pernah terpapar Covid-19 minimal satu kali. Artinya tidak menutup kemungkinan ada beberapa orang yang terpapar lebih dari 1 kali bukan.
Meski belum ada jawaban pasti tapi setidaknya berdasar sains dan medis mereka yang tidak pernah terpapar ini lebih karena memiliki sistem imunitas dan organ tubuh yang lebih baik.
Menggunakan teori probiotik dalam iklan yakult, di mana dalam tubuh terjadi perang antara bakteri baik dengan bakteri jahat. Bila kita bisa melakukan proteksi maka bakteri baik akan memenangkan pertandingan.
Gaya Hidup Sehat Membantu Segalanya
Gaya hidup sehat ternyata tidak saja membantu seseorang menang terhadap paparan akan bahaya rokok. Namun lebih dari itu juga membatu siapa saja untuk menang dalam “perang lainnya.”
Menjadi penting kemudian untuk bagaimana setiap orang mampu menjaga gaya hidup sehat. Meski batasan tiap orang bisa berbeda-beda tapi setidaknya bisa mengacu apa yang disampaikan dunia medis.
Mengkonsumsi makanan sehat, cukup tidur dan istirahat menjadi contoh agenda paling mudah dan murah dilakukan. Kalau ada dana lebih bisa saja mengonsumsi multivitamin yang harganya puluhan hingga ratusan ribu.
Atau bila tidak cukup olahraga di sekitar rumah maka bisa datang ke gym dengan segala pernak perniknya. Mudah bukan, mau pilih mana silakan lakukan yang terbaik.