Sabtu, 7 Desember hari cukup cerah dan hari ini saya mendapat undangan untuk mengikuti workshop yang diselenggarakan Asuransi Kitabisa. Menjadi bagian dari roadshow 5 kota untuk membantu para ibu berdaya bisa saling jaga.
Sebelum pukul 09.00 WIB saya telah tiba di lokasi yang tak lain adalah Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta yang ada di ringroad barat. Dari rumah bisa dijangkau dalam beberapa menit perjalanan saja.
Para peserta telah cukup banyak, semula saya menduga peserta hanya berasal dari Jogja dan sekitar. Namun ternyata ada beberapa yang datang dari luar kota. Hal ini terlihat dari daftar hadir yang mencantumkan nama peserta dan nama kota asal.
Tak ingin berada di kursi paling depan maka saya memilih kursi di barisan belakang. Dengan cara ini tentu saya bisa melihat lebih jelas bahwa peserta memang cukup banyak dan kursi tersedia full terisi.
Berbicara Tentang Perencanaan Keuangan
Teori tentang perencanaan keuangan memang menjadi satu isu yang menarik dibicarakan. Terlebih bagi saya yang mendapat penghasilan pas-pasan dan masuk golongan mending-mending.
Tentu hal ini menjadi perlu perhatian lebih dimana masih ada kebutuhan primer yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Selanjutnya ada kebutuhan sekunder dan tersier bila ingin mengikuti teori.
Dan asuransi tentu semua sepakat itu masuk ke kebutuhan tambahan yang tidak perlu-perlu amat. Paling penting sudah ada BPJS dan semua cukup lewat satu kartu itu.
Namun itu dulu, seiring perkembangan zaman ternyata paradigma berupa. Terutama bila berbicara tentang asuransi jiwa dan hal ini telah menjadi sebuah kebutuhan pokok.
Workshop ini disampaikan oleh Annisa Steviani, seorang perencana keuangan tersertifikasi dan memiliki pengalaman selama 10 tahun. Dengan lugas Annisa mampu membuka wawasan para peserta yang hadir.
Ada banyak hal yang mulai harus dipikirkan dan tidak melulu tentang masa depan dan karir. Akan tetapi juga penting untuk mengelola keuangan, manajemen utang, sampai dengan mempersiapkan kematian.
Dengan workshop ini diharapkan peserta menjadi lebih bisa dan siap merencanakan keuangan di masa yang akan datang. Selanjutnya bagaimana menciptakan stabilitas finansial dan ketenangan bagi keluarga.
Perlu diketahui bahwa kematian itu lebih pasti dari masa depan. Dan oleh karenanya mempersiapkan kematian menjadi salah satu bentuk pengelolaan keuangan.
Mempersiapkan masa depan bukan lagi fokus pada pendidikan anak, persiapan pensiun atau nol utang. Tapi juga harus mempersiapkan bagaimana bila kematian terjadi tidak memberi dampak terlalu besar bagi keluarga.
Dengan Asuransi Kitabisa, Semua Bisa Saling Jaga
Mulai menyadari ada yang lebih perlu disiapkan selain masa depan. Apalagi kalau bukan kematian karena hal ini akan berdampak secara langsung kepada seluruh keluarga.
Asuransi yang harus dimiliki para orang tua bila kelak tidak ingin menjadi beban. Jangan sampai kemudian hal tidak terduga terjadi dan menimbulkan kematian dan keluarga bingung bagaimana mengurusnya.
Dengan asuransi SalingJaga Kitabisa maka kondisi buruk ini akan sedikit teratasi. Terlebih polis yang ditawarkan sangat murah sekali dimana dengan dana Rp 60 ribu saja maka seseorang sudah bisa memiliki asuransi jiwa.
Produk yang akan memberi rasa tenang bagi seluruh keluarga. Terutama mereka yang bekerja di luar dan rentan terhadap potensi kecelakaan kerja.
Asuransi sebagai bentuk perlindungan ini juga akan membantu pihak lain yang terkena musibah. Wajar kiranya produk ini kian diminati masyarakat dan saat ini telah digunakan tak kurang dari 40 ribu orang.
Pada kesempatan ini, CEO Kitabisa Vikra Ijas hadir dan memberikan beberapa fakta menarik yang ada di lapangan. Indonesia menjadi salah satu negara paling dermawan di dunia dan oleh karenanya asuransi ini bisa menjadi salah satu jawaban untuk semua orang terutama para ibu untuk bisa saling jaga.
Vikra menegaskan bahwa asuransi Kitabisa merupakan asuransi syariah dan sesuai dengan ajaran agama Islam. Di mana diantara sesama bisa saling bantu dan memberi manfaat satu sama lain. Semua itu berangkat dari sifat kedermawanan yang ada di dalam diri masing-masing individu.
Pada kegiatan ini mereka tidak saja membuka wawasan tapi juga memberikan relaksasi yang disampaikan psikolog secara langsung. Selama beberapa menit Ayu Tirto mencoba me-refresh dengan memberikan stimulus dan kenyamanan membuat kami kembali lebih semangat menjalani kehidupan.