Pekerjaan Saya adalah Mengerjakan Apa yang Saya Senangi

“Pekerjaan saya adalah mengerjakan apa yang saya senangi,” mungkin itu adalah mantra yang saya gunakan dalam belasan tahun terakhir. Akibatnya belasan tempat kerja harus saya

Joko Yugiyanto

“Pekerjaan saya adalah mengerjakan apa yang saya senangi,” mungkin itu adalah mantra yang saya gunakan dalam belasan tahun terakhir. Akibatnya belasan tempat kerja harus saya ‘njajal’ sebelum menemukan apa yang di senangi di waktu yang akan datang.

Untuk menemukan apa yang disenangi cukuplah mudah. Hanya saja yang cukup sulit adalah konsisten pada jalur di pilih. Dan beberapa kali memang pernah terseok-seok.

Banyak suka duka di dalamnya tapi saya tidak akan mengatakan hal itu sebagai duka. Lebih tepatnya adalah harga yang harus dibayar untuk proses belajar.

Selain melakukan apa yang hanya saya senangi satu hal yang seringkali menjadi blunder. Niat baik yang berkesinambungan nampaknya belum bisa diterima oleh semua orang.

Berulang kali di ingatkan untuk jangan terlalu baik untuk semua orang tapi masih dilanggar dan akibatnya tentu kerugian. Tak hanya sekali tapi berulang kali terus terjadi hingga sering kali di manfaatkan orang.

Niat baik itu satu keyword yang saya dapat dari Achmad Zaky selaku CEO Bukalapak. Beliau mengatakan bahwa dalam hidup ini yang paling penting adalah niat baik.

Dimana kita hanya bisa mengatur dan mengontrol diri sendiri untuk senantiasa berbuat baik. Bila pada akhirnya orang lain berbuat yang kurang baik maka iklaskan saja dan ambil hikmahnya.

Pekerjaan pertama yang saya pilih untuk mewujudkan mantra tentu saja menjadi seorang jurnalis. Waktu kuliah tersebut kebetulan saya bergabung dengan lembaga pers mahasiswa dan mendapat doktrin bahwa posisi tersebut memungkinkan kita memiliki akses ke segala lini.

Tak hanya itu saja tapi juga menjadi orang pertama yang tahu akan sebuah peristiwa. Waktu terus berlalu dan saya tetap memutuskan menjadi bagian dari pemburu berita meski sebagian berguguran.

Salah satu alasan bertahan lebih bisa membuktikan kalau saya bisa jadi karyawan tetap. Benar saja, usai mendapat Surat Pengangkatan saya langsung mengajukan resign.

Tak hanya itu, terus terang kala itu memiliki ketakutan akan terus berada di lapangan dan umur kian bertambah. Siapa sangka kemajuan teknologi merubah cara kerja dimana dulu reporter harus dilapangan tapi tidak lagi.

Pulang ke Jogja dan masih merasa ada hal yang harus dituntaskan. Nafsu keliling Indonesia dan menjadi seorang HRD masih kuat melekat.

Tuhan itu maha baik dan benar saja, semua yang di inginkan bisa di dapat dan di mudahkan. Satu mendayung dua tiga pulau terlampaui dan dalam hitungan minggu puluhan kota bisa didatangi.

Dua ambisi telah didapat dan ingin balik Jogja lagi karena ingin dekat orang tua. Lagi-lagi semua itu di mudahkan tanpa kerja keras.

Kesempatan kali ini tak cukup hanya menjadi seorang HRD tapi bertambah ada keinginan menjadi trainer dan bagian dari tim event organizer. Beruntung bisa bergabung di lembaga konsultan meski hanya beberapa bulan dan lagi-lagi nyali ini tertantang untuk memiliki usaha sendiri.

Membuka warung bakso menjadi pilihan paling realistis. Modal tak terlalu besar dan bisa dieksekui. Namun ternyata apa yang diprediksi tidak sesuai kenyataan dan harus gulung tikar.

Tak mau tinggal diam dan ternyata jodoh ada di ibukota. Tak perlu pikir panjang langsung merantau di kota sejuta impian tersebut berkat bantuan salah seorang teman.

Hal ini menjadi titik balik dimana saya menyadari mantra “Pekerjaan saya adalah mengerjakan apa yang saya senangi,” itu ada. Di sini, kali ini, saat ini saya benar-benar merasakannya.

Kalau di tanya apa pekerjaanmu maka dengan bangga saya mengatakan HRD sebagai profesional. Di waktu lain pun bila ada yang bertanya apa pekerjaanmu maka saya akan mengatakan blogger adalah pekerjaan saya karena disini bebas atur waktu kerja.

Joko Yugiyanto

Sehari-hari bekerja sebagai penulis lepas dan bila kamu ingin order sesuatu bisa kontak saya di 087838889019

Related Post

Tinggalkan komentar