Percayakah kamu Jodoh dan Rezeki Sudah Digariskan?

Selalu menarik membahas konsep apakah jodoh dan rezeki sudah digariskan? Sesuatu yang mungkin bisa dikatakan absurd karena manusia tidak bisa menebaknya apa yang akan terjadi

Joko Yugiyanto

Selalu menarik membahas konsep apakah jodoh dan rezeki sudah digariskan? Sesuatu yang mungkin bisa dikatakan absurd karena manusia tidak bisa menebaknya apa yang akan terjadi esok dan di kemudian hari. Yang bisa kita lakukan hanya sebatas berpikir positif bahwa hal ini adalah yang terbaik untuk saat ini.

Menjadi menarik di tengah perdebatan dimana seseorang konon mampu merubah jodoh dan rezeki. Semisal mungkin seseorang yang merasa kurang percaya diri, kurang cakap tapi kemudian selama ia mampu berubah maka ia akan mendapat jodoh dan rezeki yang lebih baik.

Berkaca pada diri sendiri. Dimana dulu di masa kanak-kanak adalah seseorang yang introvert, selalu direndahkan dan dianggap tidak ada. Kejadian terus berlanjut hingga remaja dan pada suatu titik di bangku SMP seolah menemukan pencerahan atau aufklarung.

Kalau saya tidak berubah maka semua tidak berubah. Mulai dari titik itulah rasa percaya diri di dengungkan. Walaupun dikatakan percaya diri kurang tepat karena lebih pasnya adalah nekat, “terus maju dan lakukan yang terbaik atau tertinggal.”

Senantiasa menempatkan diri pada satu kondisi tidak nyaman. Menyusun target yang lebih besar dari yang lain. Membangun mimpi besar bahwa saya harus menembus batas. Apa kata orang tidak peduli. Yang ditakutkan adalah waktu terus berjalan dan tidak optimal.

Rasa takut tidak bisa memberi lebih membuat energi kian bertambah. Melakukan satu hal lebih banyak dari orang lain. Mungkin itu rumus sederhana yang dipilih. Semisal bila yang lain belajar 3 jam di luar kelas maka saya harus belajar 4 jam.

Berproses dan terus berproses. Apapun di jalani dan disyukuri bahwa itu adalah yang terbaik dan bisa dilakukan saat itu. Belajarlah dari para tukang bakso keliling, dimana pun, kapanpun ia senantiasa akan memukul mangkuk sebagai bertanda bahwa ia ada.

Waktu berjalan dari hari ke hari, bulan ke bulan dan tahun ke tahun hingga puluhan tahun. Tak terasa dan hingga kini bisa dikatakan apa yang menjadi keinginan terkabulkan. Jangan sekali-kali mencoba wait and see karena waktu akan terus berjalan. Usia terus bertambah dan pastinya tanggung jawab semakin besar.

Entah itu konsep jodoh atau rezeki tapi semua di mudahkan. Tak ada sesuatu yang dipersulit bila menggunakan mantra saat ini gagal besok coba lagi dan seterusnya.

Manusia punya rencana tapi jodoh dan rezeki di tangan Tuhan. Bukan berarti cukup menanti dan tiba-tiba datang. Semua butuh proses hingga masing-masing pihak mengatakan siap maka jodoh dan rezeki ada di tangan.

Sempat pesimis dengan konsep jodoh dan rezeki di tangan Tuhan. Dulu lebih berkeyakinan ada proses maka ada hasil. Tak ada faktor-faktor lain yang akan memengaruhi.

Namun seiring berjalannya waktu, bertemu banyak orang dan diskusi dengan akal sehat. Meyakini konsep jodoh dan rezeki jauh lebih dulu di dengungkan agama bahwa itu semua telah diatur dalam Lauhul Mahfuzh atau Loh Mahfuz.

Tak ada yang sia-sia atas sebuah proses. Menempa diri untuk senantiasa menjadi lebih baik. Indikator lebih baik bukan dalam tataran rezeki yang melimpah tapi secara keseluruhan adalah bagaimana hati dan pikiran tumbuh dengan seimbang.

Percaya bahwa rezeki telah ada yang mengatur. Kecerdasan dan pangkat bukan tolak ukur untuk berlimpah rezeki. Konsep ini mudah dipatahkan karena dengan mudah kita bisa melihat sekeliling.

Mereka yang tak kerja keras pun bisa kaya, mereka yang kerja “asal-asalan” pun duit bisa melimpah. Oleh karena itu jangan campur aduk dengan yang lain.

Percaya bahwa proses akan menentukan segalanya dan jangan takut perih akan karenanya. Proses panjang menemukan jodoh baik itu pasangan hidup atau pekerjaan. Dan terus terang saja pasangan hidup saya temukan via facebook. Meski saat itu hanya kenal lewat sosial media tapi kami benar-benar serius menjalani.

Dimana saya sangat mensyukuri apa yang di dapat dan pekerjaan saya adalah mengerjakan apa yang saya senangi. Bekerja bukan lagi sebatas hanya membarter waktu dengan uang. Bukan pula berpikir kerja itu adalah karir dimana kita akan mendapat pundi-pundi rupiah.

Bekerja adalah ibadah. Dimana apa yang dilakukan senantiasa bertujuan memberi manfaat bagi yang lain. Tak hanya itu, bekerja adalah menggabungkan antara hobi dan passion sehingga apapun hasilnya kita tetap akan bersyukur.

Mensukseskan orang lain adalah tugas yang harus di emban. Membantu orang lain itu membahagiakan dan tak jarang mereka yang disekitar berucap terlalu baik juga tidak baik.

Apapun kata orang biarlah. Lakukan bagianmu dan sisanya serahkan pada yang lain.

Joko Yugiyanto

Sehari-hari bekerja sebagai penulis lepas dan bila kamu ingin order sesuatu bisa kontak saya di 087838889019

Tags

Related Post

Tinggalkan komentar