Usai pulang nonton konser Vierratale di Hotel Alana saya berhenti di tukang roti bakar Bandung. Saat mengantri pikiran saya terbersit, hari ini tidak mungkin terjadi bila saya tidak mengambil keputusan resign sebelum usia 40 tahun.

Yang ada kemudian hanya ritus bekerja dan bekerja. Bagaimana kemudian setiap hari harus berjibaku dengan tugas-tugas kantor dan setelah itu hanya rehat di rumah dan kembali bekerja esoknya.
Namun kini, saya sudah tidak lagi ada di area bekerja adalah tumpah darahku. Yang saya rasakan kemudian tentu bisa lebih banyak di rumah.
Membersamai anak istri dan tidak jauh dari orang tua. Mau ke rumah mertua pun demikian, bila ada satu kebutuhan tinggal jalan dan go sampai tujuan.
Banyak orang bertanya bagaimana kemudian rasanya bila dulu punya penghasilan tetap dan kini hal itu sudah tidak ada. Menjadi freelancer atau buruh harian tidak tetap telah menjadi pilihan yang saya ambil.
Ingat kata kawan, “Tuhan tidak tidur dan rezeki itu pasti ada.” Paling penting adalah bagaimana melihat sebuah peluang. Tidak harus dikapitalisasi saat ini tapi bisa jadi menuju proses ke sana.
Benar saja, kini dengan menjadi orang baik, membantu orang yang ada disekitar dan terus belajar maka rezeki itu akan mengikuti. Bila dulu bisa dikatakan saya mendapat uang dari upah atau gaji yang sifatnya tetap atau bulanan.
Dan sekarang tentu upah itu base on apa yang saya kerjakan. Mulai dari menjual jasa backlink, jasa menulis artikel, jasa liputan media hingga jasa mengajar. Angka tidak besar tapi tiap minggu bisa jadi ada saja uang masuk.
Resign Sebelum Usia 40
Sebelum memutuskan saya resign sebelum 40 tahun ada juga beberapa keputusan yang menurut sebagian orang sangat sayang untuk ditinggalkan. Mulai dari kesempatan masuk tahun ketiga bekerja di astra komponen.
Kesempatan kedua itu saya tinggalkan karena saya tahu betul rasanya bekerja di pabrik yang bekerja dengan produktivitas tinggi. Bagaimana output dihitung dalam durasi detik, bukan menit, jam atau harian.
Saya pun pernah menyatakan mundur usai mendapat Surat Keputusan pengangkatan karyawan tetap. Sesuatu yang tentu saja sangat dinanti sebagian karyawan karena mereka butuh kepastian.
Sebagai part of human capital saya pun sering memilih mundur kemudian. Bukan karena upah yang tidak kompetitif. Akan tetapi entah sejak zaman dulu batin ini selalu takut dengan ungkapan, “karena waktu tidak bisa diputar kembali.”
Sesuatu yang naif dan konyol bagi sebagian orang mengingat hidup akan terus berjalan. Kebutuhan tidak bisa ditahan dan bisa-bisanya saya memilih jalan yang berbeda.
Terus Belajar dan Adaptif
Oh iya setelah memutuskan resign sebelum usia 40 tahun itu kemudian saya bisa melakukan banyak hal yang dulu tidak bisa dilakukan. Mulai dari nonton konser band/ artis papan atas Indonesia, jalan-jalan, kulineran hingga menginap di hotel berbintang.
Paling penting disini saya tidak mengajak siapapun untuk resign sebelum usia 40 tahun, terutama tanpa persiapan yang jelas. Hal pertama yang bisa dilakukan tentu saja menemukan 1 hal yang paling membuat bahagia dan lakukan dengan konsisten.
Di sini saya akan mengatakan bahwa menulis adalah satu kegiatan yang bisa membuat saya bahagia. Dan ternyata kegiatan ini bila diseriusi akan bisa menghasilkan. Setelah itu tentu akan muncul kegiatan-kegiatan turunan yang bisa dikatakan menghasilkan pula.
Terus belajar dan adaptif adalah koentji. Dengan cara ini maka kita akan mampu bertahan dengan adanya perubahan. Ingat dunia kerja pun akan menyingkirkan mereka yang enggan belajar dan tidak bisa adaptif.
Kalau ada yang tanya sejak kapan saya aktif dan suka menulis tentu dengan percaya diri sejak 2004. Beruntung saya bergabung dengan lembaga pers mahasiswa yang mengajarkan teknik dasar jurnalistik.
Selanjutnya keberuntungan lain yang saya miliki tentu saja terlambat masuk kuliah. Bayangkan idealnya saya kuliah di tahun 2001 dan keputusan untuk kuliah itu justru muncul 3 tahun kemudian.
Kuliah di jurusan psikologi memaksa untuk bagaimana hati dan pikiran kemudian sinkron. Tinggal di kolaborasikan dan tumpahkan maka tulisan pertama pun muncul.
Sekali lagi, kamu yang mau resign sebelum usia 40 tahun. Coba pikir baik-baik apa yang telah disiapkan dan selamat menikmati pertarungan di hati dan pikiran.




