
Seringkali masalah besar itu muncul dari masalah kecil yang diabaikan. Dan salah satu produk yang jujur bikin saya gelisah tentu saja dengan adanya platform sosial media.
Ada sebagian yang cukup memberi manfaat dan sebagian menjadi racun. Salah satunya tentu saja dengan adanya “standarisasi.”
Semisal yang paling cukup populer tentu saja standar bahagia itu bila tidak salah memiliki saldo Rp 1 miliar (koreksi bila salah). Ada juga yang ditemukan harus seperti ini dan seperti itu dari versi konten kreator.
Hal ini bila terus terjadi tentu akan meracuni mereka yang secara kapasitas berpikir dan bersyukur ‘nir.’ Yang ada kemudian imbasnya akan lari ke mana-mana. Guna menjawab hal itu tentu perlu mengkaji lebih dalam.
Nir hingga Minus
Tidak mampu berpikir dan tidak mampu bersyukur bukan dua hal yang terpisah. Keduanya memiliki keterkaitan erat dan akan memiliki dampak negatif yang signifikan.
Dan selanjutnya bila ditanyakan lebih bahaya yang mana, tidak mampu berpikir atau tidak mampu bersyukur tentu sifatnya akan sangat normatif. Hal ini tidak lepas dari kondisi lain yang bisa saja akan berpengaruh dalam proses pengambilan keputuan.
1. Tidak Mampu Berpikir – Akar dari Disorientasi
Seseorang dalam kondisi tidak mampu berpikir maka pada umumnya ia akan tidak mampu membedakan mana yang benar dan salah. Selanjutnya akibat yang muncul tentu saja tidak mampu mengevaluasi sebuah fakta dan data secara kritis.
Efek yang cukup parah dan berkaitan dengan kemampun bersyukur tentu saja tidak mampu memaknai hidup secara rasional dan reflektif. Mereka yang berada dalam kondisi ini pada umumnya akan ‘berjalan’ tanpa arah.
Menjadi sosok yang mudah dimanipulasi, terseret arus, dan tidak bisa mengambil keputusan secara objektif. Hidup akan menjadi hambar dan terasa berat untuk dijalani.
Bahaya paling marah bila kemudian masyarakat terbiasa enggan berpikir maka sejarah buruk akan terulang kembali. Lebih parah lagi akan melahirkan pemimpin yang salah karena tidak kritis saat proses memilih.
2. Tidak Mampu Bersyukur – Akar dari Ketidakbahagiaan
Selanjutnya bila tidak mampu berpikir akan fokus pada fungsi otak maka tidak mampu bersyukur akan fokus pada fungsi hati. Mereka yang tidak mampu bersyukur maka akan merasakan kekosongan hati.
Seseorang yang akan terus merasa kurang atas apa yang ada. Hati dikuasai rasa iri, dengki dan cemas. Selanjutnya bisa jadi seseorang akan merasa marah kepada dunia.
Akibat buruk dari tidak mampu bersyukur ini nyata dan pada umumnya akan di mulai dari depresi, anti sosial hingga kehilangan makna dalam hidup.
Lebih luas lagi akan menciptakan masyarakat yang mudah dibeli hingga dipecah belah dengan narasi atau ujaran kebencian. Kondisi ini akan kian nyata dan mudah terlihat bila cukup peka terhadap kondisi sosial yang ada.
Mana yang Lebih Bahaya?
Jujur saya tidak bisa menjawab mana yang lebih bahaya karena keduanya sangat berbahaya. Namun secara umum orang-orang yang tidak mampu berpikir akan mengarahkan pada kondisi tidak mampu bersyukur.
Wajar kemudian bila ada ungkapan, ‘hati boleh panas kepala janga’ karena memang otak memiliki kendali lebih besar pada proses pengambilan keputusan. Yang harus dilakukan kemudian tentu saja untuk menahan diri.
Jangan tergesa-gesa dalam proses pengambilan keputusan. Cermati dengan seksama dan hitung akibat atau dampak yang kelak akan muncul.